Fuji Mengaku Berat Badannya Turun 2 Kilo di 5 Hari sebab Pengobatan ADHD

Fuji Mengaku Berat Badannya Turun 2 Kilo dalam 5 Hari sebab Pengobatan ADHD

Infocakrawala.com – Fujianti Utami alias Fuji baru-baru ini mengaku apabila dirinya kehilangan berat badan sebanyak 2kg selama lima hari oleh sebab itu meminum obat dari psikiater berhadapan dengan gangguan mental ADHD (Attention deficit hyperactivity) yang mana dideritanya. 

Baru-baru ini, pada live Tiktok sama-sama yeman-temannya, Fuji menghasilkan sebuah pengakuan mengejutkan. Pasalnya, mantan kekasih Thariq Halilintar yang disebutkan mengidap ADHD.

Menurut Fuji, ADHD yang digunakan dideritanya ketika ini cukup memengaruhi kesehariannya. Wanita 21 itu mengungkap apabila ia banyak merasa tidak ada bisa saja fokus, hiperaktif, hingga tidaklah beraturan lantaran rutin menabrak sesuatu pada waktu berjalan. 

“Nggak, jadi kan gue ceritain lah ya, bodo amat bukanlah aib ini. Nggak, jadi kan gue kayak nggak bisa saja fokus kan tuh yang tersebut ADHD itu tuh,” tutur beliau pada waktu bercerita dengan temannya pada waktu Live, diambil dari TikTok @awii_utii, Awal Minggu (18/12/2023).

“Gue kan nggak dapat fokus kan, kayak jadi budeklah, nggak bisa jadi fokuslah, kayak hyperaktif, yang digunakan kayak nyeruduk sana-sini, nabrak sana-sini,” kata ia lagi. 

Saat ini, Fuji menyatakan jikalau dirinya berada dalam menjalani terapi ke psikiater meminum obat yang dimaksud telah dilakukan diresepkan, hingga mulai menyebabkan inovasi pada dirinya.

Namun, efek sampingnya adalah memengaruhi nafsu makannya hingga ia harus kehilangan 2kg berat badannya di kurun waktu 5 hari.

“Aku udah turun 2 kilo pada waktu lima hari. Terus akhirnya aku dikasih obat guys oleh psikiater. Aku dikasih obat, nah side effectnya dari obat itu bikin nggak nafsu makan,” ucapnya.

“Aku bilang, haha ga kemungkinan besar kok dok, nggak kemungkinan besar saya nggak nafsu makan. Gue gituin, gue underestimate,” ceritanya lagi.

Saat mengonsumsinya, Fuji menyatakan jikalau dirinya telah dapat lembih fokus, bahkan ia juga telah menjadi multitasking, dapat ngobrol sambil membalas chat seseorang. Sayangnya sejak ketika itu, nafsu makannya jadi berkurang.

“Gue makan tuh obat. Guebjadi multitasking, gue bisa saja bales chat orang sambil sambil ngobrol sebanding orang. Ih dari kemarin tuh gue pinter sebenernya. Gue dr kemarin tuh jadi kayak nggak nafsu makan,” pungkasnya.

Pengobatan ADHD

Potret Fuji Kenakan Gaun Pengantin (Instagram/photo by @artizstudio.jakarta)
Potret Fuji Kenakan Gaun Pengantin (Instagram/photo by @artizstudio.jakarta)

Dikutip Halodoc, langkah perawatan ADHD pada dewasa tergantung pada tingkat keparahan gejala yang tersebut dialami oleh pengidap. Terkadang merekan menjalani kombinasi obat-obatan kemudian psikoterapi guna memaksimalkan lalu mempercepat proses penyembuhan.

Obat bekerja sebagai stimulan guna menurunkan tingkat keparahan gejala. Efek sampingnya cenderung ringan juga jarang dialami. Namun, risiko efek samping akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Dua kategori obat yang mana diresepkan adalah amfetamin serta methylphenidate. Kedua jenis obat ini bekerja dengan meningkatkan perhatian. Caranya dengan mengubah cara kerja dopamin juga norepinefrin.

Dopamin merupakan zat kimia di otak yang tersebut mengakibatkan sensasi menyenangkan. Sementara norepinefrin adalah obat yang mana bekerja dengan menyempitkan pembuluh darah lalu meningkatkan tekanan darah.

Efek samping pemanfaatan obat yang dimaksud umum dialami, antara lain insomnia, penurunan nafsu makan, gangguan kecemasan, juga sakit kepala. Karena itu, pemberian dosis umumnya dimulai dari tingkat rendah yang tersebut dinaikkan secara bertahap.

Tak hanya saja itu, obat juga bisa jadi meningkatkan tekanan darah atau detak jantung. Pemeriksaan tekanan darah secara berkala sangat disarankan pada waktu proses perawatan berlangsung.

Seperti diketahui, ADHD termasuk ke di jenis gangguan mental. Meski umumnya dialami oleh anak-anak, orang dewasa juga rentan mengalaminya.

Ini dipicu oleh gangguan perkembangan saraf. Pengidap akan mengalami penurunan atensi, disorganisasi, impulsif dan juga hiperaktif. Sebanyak 2.5 persen populasi orang dewasa di area dunia mengalaminya.

(Sumber: Suara.com)