Profil Maharani Kemala, Crazy Rich Bali yang dimaksud Resmi Tinggalkan MS Glow

Profil Maharani Kemala, Crazy Rich Bali yang dimaksud Resmi Tinggalkan MS Glow

Infocakrawala.com – JAKARTA – Profil Maharani Kemala tak kalah menarik perhatian dengan Shandy Purnamasari. Pendiri MG Glow ini merupakan pengusaha perusahaan sekaligus selebgram sukses yang mana dijuluki Crazy Rich Bali.

Maharani menjadi sorotan lantaran meninggalkan MS Glow, lini bidang usaha kecantikan yang dibangun bersatu Shandy Purnamasari. Kabarnya, terjadi konflik di tempat antara mereka.

Profil Maharani Kemala

Maharani yang mana memiliki nama asli Kadek Maharani Kemala Dewi. Dia memulai bidang usaha sebagai reseller Shandy Purnamasari yang memang benar sudah ada lebih tinggi dulu jadi pengusaha.

Perkenalan Kemala dengan Shandy pun cukup unik, dia bertemu di area Blackberry Messenger. Sejak ketika itu, hubungan dia terus berjalan serta sampai akhirnya terbersit ide untuk menciptakan brand bersama.

Padahal, Maharani kemudian Shandy tak pernah bertemu secara fisik selama dua tahun. Interaksi keduanya pun hanya saja lewat media sosial.

“MS Glow akhirnya tercetus. Itu singkatan nama kami Maharani serta Shandy,” kata Maharani.

Sejak ketika itu, industri merek melambung pesat. Salah satu kekuatan besarnya usaha yang tersebut beliau jalani, Maharani menjelaskan, adalah solitnya reseller. Hal ini yang tersebut menciptakan sebuah industri bisa saja terus eksis kemudian memunculkan keuntungan.

Maharani mengungkap, pada waktu awal menjalani bidang usaha kosmetika, ia lalu rekannya merasa sangat kesulitan untuk memproduksi barangnya dalam pabrik besar atau pabrik lain, terlebih beliau mengawali perjalanan bisnisnya dari nol, kemudian modalnya juga tak banyak.

“Jadi dulu itu, kalau kita mau produksi, regulasinya berat banget. Saat itu kalau kita mau memproduksi, kita ditanya punya uang berapa, quantity harus berapa banyak,” ungkapnya.

Sebagai pemain baru di bidang usaha kecantikan, terlebih dengan modal yang digunakan terbatas, Maharani mengungkapkan apabila untuk proses produksi terpaksa harus menumpang pada pabrik-pabrik besar.