Benarkah Fogging Tidak Efektif Mengatasi DBD?

Benarkah Fogging Tidak Efektif Mengatasi DBD?

Infocakrawala.com – JAKARTA –Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) ketika ini sedang mengalami peningkatan di area banyak wilayah Indonesia.

Menurut data Kementerian Bidang Kesehatan (Kemenkes) RI per 1 Maret 2024 terdapat 16 ribu persoalan hukum DBD yang terjadi di dalam 213 Kabupaten/Kota yang diantaranya terdapat 124 perkara kematian.

Sementara, upaya pencegahan DBD dengan melakukan fogging pada waktu ini telah dinilai tidak ada efektif pada pemberantasan nyamuk Aedes Aegypti. Hal itu disampaikan dokter sekaligus Staf Teknis Komunikasi Transformasi Bidang Kesehatan Kemenkes RI, dr Alvin Saputra. Dia menyatakan fogging belaka membuang-buang uang.

“Udah gak jaman pakai fogging, disemprot-semprot tapi gak ngerti yang digunakan disemprot juga apa, nah inilah yang dianggap sangat tidak ada efektif. Pertama, nomor satu buang uang, kedua pembuat polusi udara lalu ketiga nyamuknya mati tapi sarangnya nggak,” kata dr Alvin pada waktu ditemui belum lama ini di dalam kawasan Setiabudi, DKI Jakarta Selatan, Mulai Pekan (25/3/2024).

Tidak belaka itu, dr Alvin juga menjelaskan yang mana dimaksudkan tak efektif adalah sarang nyamuk seperti jentik tidak ada mampu dibasmi menggunakan fogging, sebab nyamuk berada pada pada air juga fogging tidaklah sanggup menembus ke pada air.

Jadi, sangat disayangkan jikalau fogging terus digencarkan tetapi sarang nyamuk yang dimaksud tetap saja ada atau bahkan terus berkembang. Oleh sebab itu, dr Alvin menyarankan agar penduduk tambahan memfokuskan upaya pemberantasan nyamuk menggunakan cara lain yaitu 3M Plus.

“Jadi sekarang fokus aja pemberantasan sarang nyamuk itu telah bisa jadi dilaksanakan dengan 3M yang pasti udah banyak terdengar,” ucap dr Alvin.

Bagaimana caranya? Tentu dengan Menguras tempat penampungan air agar tidaklah menjadi sarang penyebaran jentik, menghentikan tempat-tempat penampungan air, kemudian mendaur ulang berbagai barang atau sampah yang digunakan berpotensi dijadikan tempat nyamuk Aedes Aegypti berprogres biak.

“Kata kuncinya itu ada dalam genangan air yang mana ada dimanapun, ketika kita sudah ada bisa saja menguras, menutup, dan juga bahkan mendaur ulang, harapannya tiada ada tempat genangan tersebut,” tutur dr Alvin.

Sedangkan untuk upaya “Plus” nya adalah seseorang dapat melakukan tindakan pencegahan seperti menggunakan kelambu pada tempat tidurnya, menggunakan obat nyamuk, menggunakan teknologi nyamuk ber-Wolbachia, dan juga melakukan vaksin.

“Dan yang terakhir adalah mengurangi salah satunya vaksinasi, untuk penyakit apapun menular pasti salah satu pencegahannya dengan vaksinasi termasuk lah penyakit demam berdarah dengue dengan vaksin dengue seperti itu,” ujarnya.