Bisnis  

Efek Boikot Israel, Starbucks Kehilangan Pasar Rp187 Billion

Efek Boikot Israel, Starbucks Kehilangan Pasar Rp187 Billion

Infocakrawala.com – Kabar mengejutkan datang dari Starbucks yang digunakan mengaku kehilangan kapitalisasi pangsa mereka itu yang dimaksud anjlok USD12 miliar atau setara Rp187 triliun.

Kondisi kehilangan lingkungan ekonomi ini terjadi ditengah-tengah aksi boikot melawan beberapa jumlah barang yang tersebut pro terhadap Israel. Perusahan yang dimaksud jual kopi ini pun diduga terafiliasi dengan negara zionis tersebut.

Dilansir Bloomberg Mulai Pekan (18/12/2023) data pemasaran dari analis JPMorgan mengisyaratkan kinerja perdagangan Starbucks melambat pada November lalu.

Meski laju perdagangan perusahaan lebih tinggi baik dari perkiraan sebesar 8 persen pada kuartal fiskal keempat, biaya saham kedai kopi yang disebutkan melambat dari minggu ke minggu, mengikuti tren di dalam lapangan usaha makanan ringan lalu kopi.

Awal pekan lalu, saham Starbucks sempat turun 11 pertemuan berturut-turut yang dimaksud merupakan penurunan terpanjang sejak debut Starbucks di area rakyat pada 1992. Hal itu menghapus 9,4 persen nilai lingkungan ekonomi Starbucks.

Pada Selasa lalu, saham Starbucks bertengger pada US$95,1 serta ditutup di dalam level US$96,6 pada pengujung pekan dengan nilai bursa US$109,8 miliar. Padahal, pada pertengahan November, saham Starbucks masih dalam level US$107.

Starbucks sendiri membantah menyokong agresi negeri Israel ke Palestina.

Lewat situs resminya, Starbucks Indonesia menyatakan pihaknya, termasuk pimpinan Howards Schultz tak memberikan dukungan finansial apapun untuk negeri Israel yang mana berada dalam menggempur Jalur Gaza, Palestina.

“Baik Starbucks maupun mantan pemimpin, presiden, serta direktur utama perusahaan, Howard Schultz, bukan memberikan dukungan finansial terhadap pemerintah negeri Israel dan/atau Angkatan Darat negara Israel dengan cara apa pun,” tulis perusahaan di tempat laman resmi, disitir Kamis (16/11) lalu.

Perusahaan juga membantah pernah mengirimkan keuntungan untuk pemerintah maupun tentara Israel.

(Sumber: Suara.com)