Implementasikan Teknologi Informasi, Klinik Jantung Ini adalah Sabet Penghargaan

Implementasikan Teknologi Informasi, Klinik Jantung Ini adalah adalah Sabet Penghargaan

Infocakrawala.com – Klinik Utama Jantung Hasna Medika Majalengka yang mana terletak dalam Kadipaten, Kota Majalengka terus membuktikan diri sebagai Klinik Utama Khusus Jantung yang dimaksud berjanji tinggi di memberikan layanan kebugaran untuk penduduk khususnya kontestan BPJS Kesehatan. Hasilnya pada hari ini, 7 Juni 2024, penghargaan kembali diberikan oleh BPJS Aspek Kesehatan Pusat melawan komitmennya pada implementasi : E-SEP, I-Care, E-Rekam Medik, E-Resep, Bridging Farmasi, lalu antrian online MJKN.

Penghargaan Bintang 5 ini merupakan penghargaan tertinggi komitmen bidang Teknologi Berita BPJS Kesehatan, diberikan segera oleh Direktur Teknologi Pengetahuan BPJS Bidang Kesehatan RI, Dr. Ir. Edwin Aristiawan, M.M., CPM-A., CCGO., QRGP., CCCO., terhadap dr. Abdul Azis, M.M., selaku Direktur Klinik Jantung Hasna Medika Majalengka dengan didampingi Deputi Direksi Wilayah V Jawa Barat, Siswandi, SE, MM; Kepala BPJS KCU Sumedang; dan juga dr. Gugun Iskandar H, SpJP(K)FIHA, FAsCC selaku Direktur Utama Hasna Medika Group.

Komitmen Klinik Utama Jantung Hasna Medika Majalengka pada mengimplementasikan teknologi informasi terintegrasi dengan sistem informasi BPJS Aspek Kesehatan memberikan dampak sangat positif bagi publik dari mulai kemudahan mendaftar secara online melalui MJKN, mengurai antrian dengan pengaturan waktu poliklinik, sehingga waktu tunggu pelayanan hingga pasien mendapatkan obat menjadi lebih tinggi singkat dengan mutu pelayanan optimal. Sebagai upaya pencapaian yang dimaksud Klinik Jantung Hasna Medika Majalengka juga memberdayakan Duta MJKN pada memberikan edukasi layanan MJKN segera terhadap pasien partisipan BPJS Kesehatan.

Seperti diungkapkan oleh Direktur Teknologi Data BPJS Kesejahteraan RI, Dr. Ir. Edwin Aristiawan, M.M., CPM-A., CCGO., QRGP., CCCO., pada sambutannya pada acara ini, pasien BPJS kerap mendapat perlakuan diskriminasi di pelayanan kebugaran akibat dianggap tak memberikan ‘profit’ untuk sarana pelayanan kesehatan. Padahal pada kenyataannya, penyumbang pendapatan sarana pelayanan kemampuan fisik terbesar datang dari pasien BPJS.

“Dulu pasien BPJS terdiskriminasi sebab dianggap bayarnya murah. Padahal tak seperti itu, meskipun tarifnya lebih banyak ekonomis dari pasien asuransi tapi jumlahnya kan banyak. Jadi sekitar 80-90 persen pendapatan rumah sakit, ya dari pasien BPJS,” kata Dr. Ir. Edwin.

Dengan demikian, Edwin mempunyai tekad untuk menghapus perlakuan tersebut. Dia menginginkan pasien BPJS ataupun non BPJS diperlakukan sama. Menurutnya, perlu adanya penerapan digitalisasi medis untuk mengikis fenomena tersebut.

“Transformasi mutu layanan adalah mudah, cepat dan juga setara, setara itu tidak ada diskriminasi. Kita menyebabkan pasien BPJS ke rumah sakit, kan membayar ke rumah sakit. Itu paling besar porsinya dibandingkan asuransi yang dimaksud lain ataupun umum. Makanya kita lindungi pasien BPJS itu dengan tadi agar tidak ada didiskriminasi, kalau dulu kan ‘dari BPJS ya? Nanti aja’,” jelas dia.

Sementara itu, salah satu infrastruktur pelayanan kondisi tubuh yang mana dianggap telah mulai menghilangkan pengkotak-kotakan pasien adalah Klinik Jantung Hasna Medika Majalengka. Klinik yang disebutkan sekarang ini telah terjadi melakukan penerapan digitalisasi medis.

Oleh dikarenakan itu, BPJS Aspek Kesehatan RI mengapresiasi sekaligus memberikan penghargaan untuk klinik tersebut. Penghargaan bintang lima pada bidang teknologi serta informasi dinobatkan untuk klinik yang digunakan berada di area Kecamatan Kadipaten, Majalengka itu.

Klinik Jantung Hasna Medika Majalengka menjadi yang pertama di dalam Indonesia meraih penghargaan itu. Penghargaan itu diberikan dikarenakan klinik yang disebutkan telah mengimplementasikan E-SEP, I-Care, E-Rekam Medik, E-Resep, Bridging Farmasi, juga antrian online Mobile JKN.