KTT Tiongkok-Uni Eropa Bakal Berlangsung Besok, Sektor Otomotif lalu EV dengan Subsidi dari Pemerintah Jadi Topik Penting

KTT Tiongkok-Uni Eropa Bakal Berlangsung Besok, Sektor Otomotif lalu EV dengan Subsidi dari Pemerintah Jadi Topik Penting

InfoCakrawala.com – Sampai kini, Tiongkok menyandang reputasi sebagai pasar otomotif terbesar dalam dunia. Salah satu kotanya, Kota Shanghai, menjadi markas berbagai produsen kendaraan global yang digunakan memiliki pabrik sendiri sehingga mampu melakukan produksi langsung untuk dipasarkan secara lokal, regional, bahkan dalam skala lebih tinggi luas.

Di masa berkembangnya kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV), Tiongkok juga memegang kendali sebagai produsen sel berbagai macam moda transportasi ramah lingkungan. Negeri itu menjadi produsen utama penyimpan daya lithium-ion sebagai komponen terpenting sebuah EV.

Pemerintah Tiongkok menyatakan telah dilakukan melakukan ekspor tambahan dari setengah jt mobil listrik ke berbagai penjuru dunia pada paruh pertama 2023. Angka ini setara dengan pertumbuhan sebesar 160 persen dibandingkan periode yang mana sejenis tahun lalu.

Kunjungan Presiden Jokowi ke Chengdu, Tiongkok pada Kamis (27/07/2023) menghasilkan kesepakatan dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping.
Presiden Tiongkok, Xi Jinping saat menerma kunjungan Presiden Joko Widodo ke Chengdu, Tiongkok pada Kamis (27/07/2023) [Sekretariat Kepresidenan].

Salah satu keunggulan pabrikan otomotif Tiongkok yang belum mampu ditandingi produsen berbagai negara adalah ongkos produksi yang tersebut murah. Hal ini adalah sebuah hambatan bagi Uni Eropa, apalagi kekinian ada 26 produsen mobil listrik dari Negeri Tirai Bambu berencana masuk pasar Jerman pada 2025.

Dikutip dari kantor berita Antara, Presiden China Xi Jinping dijadwalkan calon bertemu dengan Presiden Dewan Eropa Charles Michel kemudian Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) China-Uni Eropa ke-24 di area Beijing esok hari (7/12/2023).

“China menganggap pertemuan sangat mementingkan puncak ini penting. Para pemimpin akan bertukar pandangan secara mendalam mengenai isu-isu strategis yang tersebut penting bagi arah hubungan China juga Uni Eropa (UE),” jelas Wang Wenbin, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok dalam konferensi pers rutin kepada media di area Beijing, Tiongkok (4/12/2023).

Dijadwalkan Perdana Menteri Li Qiang, Presiden Dewan Eropa Charles Michel juga Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen akan bersama-sama memimpin pertemuan puncak KTT Tiongkok-UE pada esok (7/12/2023) yang mana bertepatan dengan peringatan 20 tahun kemitraan strategis komprehensif Tiongkok-UE.

“Diskusi akan berisi isu-isu global yang tersebut menjadi kepentingan bersama kedua pihak untuk menghasilkan blueprint, mengidentifikasi fokus serta memberikan dorongan bagi hubungan Tiongkok-UE,” demikian disebutkan Wang Wenbin, seraya menambahkan bahwa relasi ini menghadapi potensi kemudian tantangan baru.

“China serta UE adalah mitra, bukan saingan, dan juga kepentingan bersama kami terpencil melebihi perbedaan. China berharap KTT ini akan memainkan peran penting untuk meningkatkan pemahaman lalu rasa saling percaya melalui komunikasi, peningkatan kerja serupa yang dimaksud saling menguntungkan dan juga mendiskusikan solusi melalui dialog juga konsultasi,” tambahnya.

KTT Tiongkok-UE ini digelar setelah pada September 2023 Ursula von der Leyen mengumumkan UE sedang melakukan penyelidikan atas dugaan subsidi pemerintah Tiongkok terhadap industri kendaraan listriknya yang digunakan berkembang pesat. Ia menyatakan EV buatan Tiongkok dijual dengan nilai tukar rendah dalam negara-negara UE juga dimungkinkan sebab adanya subsidi dari pemerintah. Para pemimpin Eropa menyatakan bahwa subsidi itu mengakibatkan kompetisi tiada adil dalam pasar otomotif Eropa.

Di pihak lain, Tiongkok mengkritisi investigasi ini kemudian memperingatkan langkah itu akan merusak hubungan dagang pihak dia dengan UE.

Selain itu, Tiongkok juga mengungkit rencana investigasi UE atas subsidinya di dalam sektor industri baja. Pemerintah Beijing menyebut penyelidikan akan mengganggu rantai pasok serta memberikan pukulan bagi perdagangan internasional.

Tiongkok juga keberatan dengan rencana UE untuk menerapkan Mekanisme Penyesuaian Pembatasan Karbon yang digunakan akan menetapkan tarif sebesar 20-35 persen atas barang-barang dengan biaya karbon tinggi, seperti baja kemudian bijih besi. Disebutkan bahwa UE sudah pernah menerapkan tarif tambahan terhadap 20 jenis baja juga produk-produk baja tahan karat dengan syarat Tiongkok serta menetapkan kuota impor sebagai langkah untuk melindungi pasarnya hingga pertengahan 2024.

(Sumber: Suara.com)