Ini adalah Sebabnya Mengapa DBD Lebih Menyerang Anak-anak, Bagaimana Cara Pencegahannya?

Ini adalah adalah Sebabnya Mengapa DBD Lebih Menyerang Anak-anak, Bagaimana Cara Pencegahannya?

Infocakrawala.com – Dengue atau biasa kita kenal dengan DBD, merupakan penyakit dengan urgensi yang tinggi dalam Indonesia, di tempat mana semua orang miliki risiko yang dimaksud mirip untuk terjangkit, termasuk anak-anak.

Ketua Satuan Tugas Imunisasi IDAI Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K), mengungkapkan bahwa jumlah total tindakan hukum DBD di tempat tahun 2022 dapat ditemukan pada seluruh kelompok usia, dalam mana 35 persen ditemukan pada rentang usia 5-14 tahun.

Angka kematian akibat DBD tertinggi kata beliau bahkan dilaporkan terjadi pada kelompok anak-anak usia 5-14 tahun atau 45% dari seluruh kelompok usia.

“Anak-anak rentan terinfeksi dengue oleh sebab itu mereka berada dekat dengan populasi nyamuk Aedes aegypti,” jelas ia di Diskusi Publik sama-sama Farid Nila Moeloek Society yang tersebut bekerja identik dengan Bio Farma lalu PT Takeda Innovative Medicines.

Selain itu, lanjut dr. Hartono, waktu berpartisipasi nyamuk juga bersamaan dengan jadwal aktivitas anak-anak pada umumnya, yaitu pada siang hari dengan puncaknya pukul 08.00–13.00 dan juga 15.00–17.00.

Ketua juga Pendiri FNM Society, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. A Moeloek, Sp.M(K) mengingatkan pasien yang dimaksud terlambat ditangani dapat berakibat fatal, bahkan menyebabkan kematian, juga hal ini berisiko lebih besar tinggi pada anak-anak. 

“Kalau sudah ada begitu, bukanlah belaka keluarga yang mana dirugikan – mulai dari biaya yang dimaksud dikeluarkan, rasa cemas serta khawatir – tetapi apabila terjadi secara luas bisa saja memunculkan kerugian pada negara,” pungkas dia.

Oleh sebab itu, IDAI sudah pernah mengeluarkan rekomendasi vaksinasi dengue bagi anak-anak, yang mana berisi 4 antigen dari 4 serotip virus dengue. Efikasinya pun telah terjadi diteliti di area 8 negara endemik dengue dengan lebih lanjut dari 28 ribu sampel berusia 1,5-60 tahun. 

Selain itu, untuk memperkuat pencegahan DBD, semua hal perlu diupayakan dengan maksimal, seperti penerapan acara 3M Plus oleh Pemerintah, serta intervensi perubahan lainnya.

Hal ini juga disebut oleh Perwakilan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Prof. Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD-KPTI, PhD, yamg menekankan pentingnya proteksi yang digunakan lebih tinggi luas mengingat virus dengue dapat menyerang anak-anak hingga dewasa bahkan lansia. 

“Intervensi terhadap infeksi dengue harus diadakan secara komprehensif, yakni terhadap agent, host, dan juga environment-nya,” tambah dia.

Vaksinasi, lanjut dr. Erni menjadi metode yang sangat penting untuk membantu memberikan pemeliharaan tambahan baik dari ancaman keparahan DBD, yang dimaksud ada pada waktu ini mampu diberikan bagi kelompok usia 6-45 tahun. 

Dengan demikian, proteksi yang dimaksud diberikan akan lebih banyak optimal bagi seluruh anggota keluarga. Apalagi seseorang yang dimaksud mempunyai penyakit penyerta seperti diabetes mellitus mellitus, atau hiperglikemia mellitus serta hipertensi, yang tersebut apabila ia mengalami demam dengue berisiko lebih besar tinggi menjadi dengue berat bila dibandingkan dia yang tersebut tak punya penyakit penyerta.

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, menyatakan komitmen Takeda sebagai mitra berpartisipasi dari Kementerian Aspek Kesehatan pada edukasi juga pencegahan DBD dalam Indonesia. 

“Pendekatan yang dimaksud terintegrasi sangat diperlukan di penanganan dan juga pencegahan DBD pada Indonesia. Oleh sebab itu, Takeda berazam untuk berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan guna menggerakkan kesadaran warga akan bahaya dengue lalu juga pentingnya pencegahan yang digunakan inovatif untuk melindungi publik luas yang berisiko terkena dengue,” tutup dia.

(Sumber: Suara.com)