Transisi Menuju NZE 2060, Hidrogen Masuk Kajian akibat Miliki Peluang Besar

Transisi Menuju NZE 2060, Hidrogen Masuk Kajian akibat Miliki Peluang Besar

InfoCakrawala.com – Listrik sebagai sumber tenaga kendaraan berbahan bakar non-fossil atau BBM (Bahan Bakar Minyak Bumi) terus diupayakan kecukupannya dalam perjalanan Indonesia menuju Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Selain mengandalkan sumber daya mineral yang mana akan dijadikan penyimpan daya mobil listrik, salah satu sumber potensial lainnya adalah hidrogen.

Dikutip dari kantor berita Antara, Indonesia miliki berbagai Sumber Daya Alam (SDA) yang tersebut melimpah, sehingga mesti ditelusuri dan juga tak ada yang tersebut ditinggalkan dalam urusan energi baru terbarukan.

Demikian yang tersebut dipaparkan DR. Ir. Agus Purwadi MD, Kepala Laboratorium Penelitian Konversi Energi Elektrik Institut Teknologi Bandung (ITB).

Motor TVS bertenaga hidrogen. (Rideapart)
Motor TVS bertenaga hidrogen. (Rideapart)

Saat ini, pemanfaatan teknologi hidrogen sudah mulai dikembangkan di area Indonesia melalui PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Implementasinya adalah pembukaan Hydrogen Refueling Station (HRS) atau stasiun pengisian hidrogen pertama di area Indonesia.

Hal itu diimplementasikan guna meminimalkan pemakaian energi berbasis impor menjadi energi domestik. HRS ini dibentuk agar terjadi perpindahan pengaplikasian energi fosil ke energi yang dimaksud bersih serta ramah lingkungan, seperti listrik juga green hydrogen.

Kepala Laboratorium Penelitian Konversi Energi Elektrik Institut Teknologi Bandung (ITB) DR. Ir. Agus Purwadi MD mengatakan bahwa Indonesia harus membuka semua kesempatan dalam masa transisi menuju Net Zero Emmision (NZE) di dalam 2060.

“Indonesia harus terbuka dengan semua opsi serta hidrogen ini juga perlu untuk dieksplore lebih lanjut terpencil lagi. Karena prospek kita sangat besar sekali, apa yang dimaksud tak kita miliki saat ini? Air kita ada dalam mana-mana, gas kita punya, batu bara juga kalau diolah terlebih dahulu juga mampu menjadi sumber energi yang tambahan ramah,” papar DR. Ir. Agus Purwadi MD.

Bus berbahan bakar listrik dalam sel hidrogen yang digunakan di tempat kawasan Ginza, Tokyo, Jepang. Sebagai ilustrasi bus hidrogen [Shutterstock].
Bus hidrogen yang digunakan dalam kawasan Ginza, Tokyo, Jepang. Sebagai ilustrasi bus hidrogen [Shutterstock].

Dengan membuka semua kesempatan energi hijau menuju NZE 2060, Indonesia mampu menjadi pemain dalam industri otomotif di tempat masa depan.

Sambil membuka semua potensi juga tiada meninggalkan tren saat ini, diharapkan Indonesia tak akan ketergantungan dengan satu pihak.

“Kalau tren pasar nantinya berubah (tidak di area EV lagi), padahal kita punya segala macam, dan juga tetangga kita sudah eksplor energi lain juga kita belum siap, ya kita akan ketinggalan lagi serta kita jadi penonton lagi. Padahal kemungkinan kita luar biasa,” jelas DR. Ir. Agus Purwadi MD.

Menurut laporan dari berbagai sumber, Critical Mineral untuk keperluan akumulator dari kendaraan listrik masih terkonsentrasi di area Tiongkok. Sehingga banyak negara yang mana menelusuri energi lain agar tidaklah ketergantungan pada satu negara.

Oleh lantaran itu, pemakaian teknologi hidrogen saat ini sudah banyak dimanfaatkan oleh para produsen pada berbagai negara. Tidak hanya sekali kendaraan penumpang, penyelenggaraan teknologi hidrogen juga digunakan untuk kendaraan alat berat.

“Untuk kendaraan berat, hidrogen di area luar negeri itu sudah mulai serta kalau di dalam di lokasi ini baru. Kalau hidrogen sendiri, pabrik pupuk Indonesia sudah menggunakannya,” tambahnya.

Dengan kehadiran HRS yang di tempat Indonesia harapannya eksplorasi tenaga alternatif semakin gencar. Tidak sebatas mengandalkan lithium lalu sumber daya mineral, akan tetapi membuka kesempatan akan berbagai alternatif material bakar energi terbarukan.

(Sumber: Suara.com)