Pameran Totarist Sosial Merbawani Ungkap Paradoks Kehidupan Manusia, Alam serta Pembangunan

Pameran Totarist Sosial Merbawani Ungkap Paradoks Kehidupan Manusia, Alam juga Pembangunan

Infocakrawala.com – JAKARTA – Seniman Totarist Sosial Merbawani kembali pameran seni tunggal keduanya. Kali ini seniman jika Batang itu mengambil tema “Sang Pembangun”. Lewat pameran tunggal seri perdana dari lima seri yang tersebut akan dijalankan hingga Januari 2025 ini ia menyampaikan secara satir mengenai hal paradoks keberadaan keindahan alam lalu kompleksitas terkait adanya pembangunan.

Totarist Sosial Merbawani adalah manusia seniman yang tersebut lahir serta dibesarkan pada sebuah desa terpencil pada pegunungan kabupaten Batang, berbatasan segera dengan wilayah Dieng. Desa yang disebutkan terisolasi dari sentuhan teknologi lalu lapangan usaha modern, sehingga pemandangan perbukitan di dalam dataran tinggi menjadi bagian dari hidup sehari-harinya semasa kecil.

Totarist Sosial Merbawani mengatakan, pameran ini sebuah pandangan ketika dirinya hidup menggembala kambing di tempat perbukitan Dieng cuma beberapa kilometer jaraknya ada kawah yang mana terus menyala.

“Pameran ini perspektif saya sebagai seniman yang mana terus-menerus mengamati dirinya terjebak di dalam antara keindahan alam yang mana memukau dan juga dorongan untuk memulai pembangunan sebagai bentuk kuasa manusia melawan alam. apakah hal mendirikan semacam ini merusak alam? Tentu tidak ada akibat rupanya menyediakan ruang terbuka hijau agar bukan kumuh serta tentu sesuai undang2 pemukiman dimana lokasi yang digunakan cocok untuk bermukim,” ujar Totarist terhadap SINDOnews.com di area sela sela membuka pameran tunggal seni seri perdana Sang Pembangun dalam Plaza Senayan, kemarin.

Bisa dikatakan perjalanan spiritual Totarist pada dunia seni lukis ini bukan mampu dilepaskan dari sosok Mahfudz Sae manusia pelukis terlibat di area Ancol yang menjadi kakak angkatnya. Ia lebih besar tertarik menyelami teknik lukis realis yang dikenalkan Ahmad Naziri kemudian mengajarkan Totarist menggambar potret, melukis draperi,anatomi tubuh manusia dan juga pemahaman tentang ukuran serta perpestif yang tersebut akurat.

Totarist pun berharap melalui karyanya yang dimaksud dipamerkan ini sanggup memberikannya semangat untuk bisa saja terus berkarya apalagi masih ada empat pameran lagi. “Pameran ini juga jadi acuan temen pada tempat untuk jangan berkecil hati untuk mengadakan pameran, bahkan saya membuktikan bisa jadi dari nol bahkan minus. Mudah mudahan jadi semangat baru perupa tempat bisa jadi progresif memunculkan karya terbaik,” katanya.

Rain Rosidi selaku kurator mengatakan lukisan ini coba memadukan kekaguman Totarist keindahan alam dengan kompleksitas pengerjaan yang tersebut terkait dengan sektor juga kemajuan teknologi.

Tema ini ini mengundang para penonton untuk memahami perspektif unik seniman tentang kehidupan, alam, dan juga pembangunan. Kurator, Rain Rosidi mengatakan, lukisan yang digunakan dipamerkan mencoba memadukan kekaguman Totarist keindahan alam dengan kompleksitas konstruksi yang mana terkait dengan bidang juga kemajuan teknologi.

“Lewat pameran seni tunggal ini, Totarist selaku pelaku bisnis serta kontraktor bangunan, beliau mengawasi pengerjaan sebagai ekspresi naluri manusia untuk bertahan hidup. Filosofi ‘homo faber’, bahwa manusia adalah makhluk yang mana terbentuk dari karakternya sebagai pekerja keras yang digunakan hidup mandiri sejak usia muda, membentuk pemahaman dan juga perspektifnya,” jelas Rain Rosidi.

Karya-karya Totarist Sosial Merbawani ini hampir tidak ada menampilkan manusia atau makhluk hidup lainnya, kecuali beberapa potret dirinya sendiri. Kehidupan manusia yang tersebut absen pada karya-karya ini tercermin pada representasi rumah yang tersebut bertambah seperti cendawan pada musim hujan.