Bisnis  

Trader: Kebijakan FCA Bikin Penanam Modal Cemas Bakal Kehilangan Likuiditas

Trader: Kebijakan FCA Bikin Penanam Modal Cemas Bakal Kehilangan Likuiditas

Infocakrawala.com – JAKARTA – Kalangan pelaku bursa bereaksi negatif dengan diterapkannya kebijakan lelang berkala secara penuh atau full call auction (FCA) pada papan pemantauan khusus Bursa Efek Indonesia (BEI) . Karenanya, pemodal terus menyuarakan agar otoritas bursa meninjau kembali kebijakan ini.

Profesional Trader kemudian Trading Coach, Michael Yeoh mengatakan, kebijakan FCA menghasilkan penanam modal khawatir akan kehilangan likuiditas. Ia menekankan, bahwa call auction sebenarnya memang benar ada aat pre open serta pre close, namun yang dimaksud menjadi kesulitan adalah pada waktu diberlakukannya full call auction.

“Apa yang mana dikhawatirkan pemodal adalah hilangnya likuiditas, kita punya saham, tapi kita tiada bisa jadi jual. Itulah yang menjadi permasalahan juga konsen pada penanam modal ritel,” ucap Michael di Special Dialog iNews TV beberapa waktu lalu.

Michael Yeoh, menilai skema baru ini menyebabkan bingung sebagian pemodal sekaligus dikhawatirkan sulit untuk melepas sesuai nilai tukar yang diinginkan. Menurutnya terdapat beberapa saham dengan bobot besar terhadap Skala Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tersebut masuk di PPK, sehingga hal ini dikhawatirkan menjadi ‘pemberat’ bagi laju indeks komposit.

Salah satunya saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Namun data terakhir menunjukkan BREN mengalami auto rejection melawan (ARA) tiga hari bursa berturut-turut sejak Hari Senin (10/6).

“BREN ini punya market cap besar, jadi geraknya mempengaruhi IHSG. Lambat laun ini akan terus mempengaruhi indeks,” paparnya.

Ia juga memberikan catatan terkait beberapa poin dari FCA yang tersebut menjadi sorotan, salah satunya tentang persyaratan yang mana diatur dengan free float di dalam nomor 7,5%. Jadi bila free float di tempat bawah 7,5%, maka mampu dimasukkan FCA.

“Kalau kita bicara secara teknis, kinerja perusahaan baik, fundamental oke dengan rutin membagikan dividen. Tapi sebab semata-mata kesulitan taktis, kurangnya saham yang beredar di area penduduk itu dimasukkan ke FCA. Akibatnya apa? bukannya sahamnya semakin likuid, tapi semakin hilang likuiditas,” bebernya.