Bisnis  

Demi NZE 2060, PLN EPI Maksimalkan Biomassa Melalui Co-Firing

Demi NZE 2060, PLN EPI Maksimalkan Biomassa Melalui Co-Firing

Infocakrawala.com – JAKARTA – PT Perusahaan Listrik Negara Energi Primer Indonesia ( PLN EPI ) terus menguatkan rantai pasok biomassa sebagai salah satu langkah strategis mencapai net zero emissions (NZE) 2060.

Dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Risiko, Tantangan, serta Mitigasi pada Tatanan Rantai Pasok lalu Komponen Pembentuk Harga Batu Bara serta Biomassa dan juga Tenaga Baru Terbarukan (EBT) Lainnya” pada Semarang, Direktur Utama PT PLN EPI Iwan Agung Firstantara, mengungkapkan bahwa PLN EPI mengimplementasikan kegiatan co-firing, yaitu substitusi batu bara dengan biomassa pada rasio tertentu sebagai langkah nyata menuju mencapai NZE pada tahun 2060.

“Indonesia memiliki prospek besar pada menciptakan biomassa. Pada tahun 2021, PLN Group telah lama menggunakan 250.000 metrik ton biomassa untuk co-firing PLTU. Tahun 2022, total ini naik menjadi 500.000 metrik ton, kemudian pada tahun 2023 mencapai lebih tinggi dari 1 jt metrik ton. Tahun ini, target kami adalah menyediakan 2,2 jt ton,” kata Iwan melalui keterangan pers, Hari Jumat (26/7/2024).

Pemanfaatan biomassa untuk co-firing lalu pengganti batu bara mendapat dukungan dari Kementerian ESDM. Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan juga Konservasi Daya (EBTKE) Kementerian ESDM Edi Wibowo. Dia menyampaikan bahwa Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 12 Tahun 2023 tentang “Pemanfaatan Bahan Bakar Biomassa Sebagai Campuran Bahan Bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap” telah dilakukan diterbitkan untuk memberikan payung hukum pemanfaatan biomassa.

“Peraturan ini masih menanti harmonisasi dengan Peraturan Menteri Keuangan yang sementara di proses untuk direvisi,” tuturnya.

Dukungan Kementerian Keuangan terhadap acara co-firing juga diungkapkan Hilman Qomarsono, Kepala Seksi Risiko Pinjaman pada BUMN Direktorat PRKNDJPPR. Menurut dia, Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah pernah memberikan arahan untuk menggalang secara maksimal pengembangan ekosistem biomassa.

Di bagian lain, Deputi Sektor Kerjasama Pengelolaan Lingkungan kemudian Kehutanan Kemenko Marve Nani Hendiarti menyatakan bahwa co-firing lalu pemanfaatan biomassa turut meningkatkan penciptaan lapangan pekerjaan. “Ketersediaan biomassa yang digunakan cukup banyak, apabila dikelola dengan baik, dapat menjadi sumber energi untuk inisiatif co-firing lalu menciptakan lapangan pekerjaan,” tegasnya.

Mendukung pernyataan tersebut, perwakilan dari PT Elektrika Konstruksi Nusantara Kalimantan Barat, Novariandi, di diskusi itu menjelaskan bahwa pabriknya terus beroperasi dengan menerima tenaga kerja lokal untuk mengolah tandan kosong kelapa sawit menjadi pelet tankos yang mana disuplai ke PLTU.

Hal senada dikatakan Komisaris PT Solusi Hutama Mahesa, Roeswandi yang digunakan menambahkan bahwa biomassa memberikan kesempatan bagi warga sekitar PLTU untuk terlibat pada usaha ini. Sementara itu, Kepala Pusat Studi Daya UGM Sarjiya menyoroti pentingnya pertimbangan tarif pada pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT).

Sekretaris Jenderal Dewan Daya Nasional (DEN) Djoko Siswanto, juga menekankan pentingnya transisi energi menuju pengaplikasian energi hijau. “Tujuan revisi Kebijakan Tenaga Nasional (KEN) adalah memberikan arah pada upaya mewujudkan kebijakan pengelolaan energi yang mana berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, keterpaduan, efisiensi, produktivitas, kemudian berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi nasional, ketahanan energi nasional, dan juga pemenuhan komitmen Indonesia di dekarbonisasi,” ujarnya.

Djoko menambahkan bahwa optimalisasi pemanfaatan biomassa melalui kegiatan co-firing dapat menjadi strategi yang dimaksud efektif di menghurangi ketergantungan pada batu bara serta meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan.