Spirit Advokasi Anti-Amerika

Spirit Advokasi Anti-Amerika

Infocakrawala.com – Anak Agung Banyu Perwita
Pemerhati Kajian Pertahanan

Siswanto Rusdi
Direktur Namarin

BUKU ini pada dasarnya mencoba mencari jawaban ideal apakah ketika sebuah negara menjalin kerja serupa militer dengan negara negara lain yang berujung pada pengaktifan pangkalan militer akan lebih lanjut menggerus kedaulatannya atau tidak.

baca juga: Gaya Asyik Kedai Kopi Bumi Citarik Menguliti Buku “Susuk Kapal Borobudur”

Di berada dalam meningkatnya dinamika geopolitik dunia kemudian kawasan dewasa ini, pertanyaan di tempat menghadapi semakin relevan untuk diperdebatkan pada kala power politics menjadi formula untuk mempertahanan eksistensi negara-bangsa. Secara lebih tinggi spesifik, buku ini mencoba mengkritisi kebijakan luar negeri kemudian pertahanan Filipina dan juga Amerika Serikat (AS) terkait keberadaan pangkalan militer Negeri Paman Sam di tempat bumi Filipina.

Bila kita telisik lebih besar dalam, hubungan AS-Filipina pada dasarnya dilandasi pada hubungan sejarah yang dimaksud panjang dan juga budaya yang kuat dan juga nilai-nilai demokrasi yang digunakan sama. Perjanjian pertahanan sama-sama AS-Filipina pada tahun 1951, misalnya, memberikan landasan yang tersebut kuat bagi kemitraan pertahanan antara kedua negara. Mentalitas pertempuran dingin pada masa itu merupakan satu-satunya argumen utama pembentukan pangkalan militer Amerika Serikat pada Filipina.

Sementara itu, pada tahun 2014, Filipina meningkatkan kerja sejenis pertahanan yang tersebut tambahan kuat dengan Negeri Paman Sam dengan membentuk “Perjanjian Kerjasama Defense yang dimaksud Ditingkatkan” (EDCA/Enhanced Defense Cooperation Agreement). EDCA ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Angkatan Bersenjata Filipina di menghadapi ancaman militer dari China di area Laut China Selatan. Untuk menanggapi aktivitas kemudian ekspansi Tiongkok dalam Laut China Selatan , EDCA dianggap sebagai opsi pencegahan yang digunakan paling kredibel, dan juga oleh karenanya Filipina harus merespons agresivitas Tiongkok di dalam kawasan yang digunakan dipersengketakan tersebut.

Sebelumnya, Filipina juga Amerika Serikat sudah pernah menjalin beberapa kerja identik pertahanan yang digunakan mengakibatkan kedua negara yang disebutkan menjadi aliansi militer di area kawasan Asia Tenggara sebagaimana tertuang di Perjanjian Pangkalan Militer tahun 1947, Perjanjian Bersama (Defense Treaty) tahun 1951 dan juga Visiting Forces Agreement tahun 1998. Sementara itu tahun 2015 sampai dengan 2016 adalah masa penentuan EDCA untuk diundangkan oleh parlemen Filipina.

Perjanjian ini, ditandatangani pada 2014, dianggap sebagai perjanjian eksekutif antara mantan Menteri Defense Filipina, Voltaire Gazmin kemudian mantan Menteri Perlindungan Amerika Serikat serta Duta Besar untuk Filipina Philip Goldberg. Akhirnya, pada 12 Januari 2016, Mahkamah Agung Filipina mengeluarkan penegasan konstitusionalitasnya bagi perjanjian ini yang digunakan kemudian membuka jalan bagi kedua negara untuk bekerja sejenis di bidang pertahanan serta membolehkan Negeri Paman Sam mendirikan kembali pangkalan militernya di dalam Filipina.

Dinamika diplomasi pertahanan juga kerja serupa pertahanan bilateral yang semakin di antara kedua negara menjadi semakin strategis tatkala Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Blinken serta Menteri Defense Llyod Austin menjadi tuan rumah bagi Filipina di rapat tingkat menteri “2+2” pada bulan April 2023.

Pertemuan ini kemudian dilanjutkan oleh kunjungan Presiden Marcos Jr ke Amerika Serikat lalu bertemu Presiden Joe Biden untuk kunjungan kerja resmi selama empat hari pada awal Mei 2023. Kerja serupa pertahanan yang dimaksud dibangun kedua negara mengalami banyak perkembangan yang digunakan ditandai oleh pengaruh urusan politik global serta secara khusus oleh kemajuan militer yang dimaksud dimiliki oleh China.