Bisnis  

Bos Saudi Aramco: Transisi Tenaga Gagal, Stop Mimpi Tinggalkan Minyak

Bos Saudi Aramco: Transisi Tenaga Gagal, Stop Mimpi Tinggalkan Minyak

Infocakrawala.com – JAKARTA – Menentang tren yang tersebut sedang berprogres ketika ini, bos perusahaan migas penghasil minyak terbesar dunia Saudi Aramco menilai transisi enegi gagal lalu para pembuat kebijakan harus meninggalkan mimpi untuk menghentikan minyak lalu gas secara bertahap. Faktanya, permintaan unsur bakar fosil diperkirakan memang sebenarnya terus meningkat dalam tahun-tahun mendatang.

“Di dunia nyata, strategi transisi (energi) pada waktu ini tampak gagal dalam sebagian besar bidang sebab bertabrakan dengan lima kenyataan sulit,” kata ketua eksekutif Saudi Aramco Amin Nasser di wawancara panel di tempat konferensi energi CERAWeek oleh S&P Global di area Houston, Texas, seperti dilansir CNBC, Selasa (19/3/2024).

Menurut dia, strategi transisi perlu disetel ulang, pada mana dunia harus meninggalkan fantasi penghapusan minyak lalu gas secara bertahap, serta sebaliknya berinvestasi pada minyak dan juga gas yang dimaksud mencerminkan asumsi permintaan yang tersebut realistis.
Berdasarkan perkiraan Badan Energi Internasional (IEA) yang dilansir tahun lalu, puncak permintaan minyak, gas, lalu batu bara akan terjadi pada tahun 2030.

Namun, Nasser mengatakan, permintaan bukan kemungkinan besar mencapai puncaknya di waktu dekat, apalagi pada tahun tersebut. Nasser berpendapat bahwa IEA hanya sekali berfokus pada permintaan di dalam Amerika Serikat juga Eropa juga badan itu seharusnya perlu fokus juga pada permintaan negara berkembang.

Nasser mengungkapkan sumber energi alternatif tak mampu menggantikan hidrokarbon di skala besar, meskipun dunia sudah pernah berinvestasi lebih lanjut dari UUSD9,5 triliun selama dua dekade terakhir. Tenaga angin lalu surya pada waktu ini memasok kurang dari 4% energi dunia, sementara total penetrasi kendaraan listrik kurang dari 3%.

Sementara itu, kata Nasser, porsi hidrokarbon pada bauran energi global hampir tidaklah berkurang pada abad ke-21 dari 83% menjadi 80%. Permintaan global telah terjadi meningkat sebesar 100 jt barel setara minyak per hari selama periode yang dimaksud sebanding dan juga akan mencapai titik tertinggi sepanjang masa tahun ini. Sementara permintaan gas menurutnya sudah pernah berkembang 70% sejak awal abad ini. Peralihan dari batu bara ke gas, kata dia, bertanggung jawab menghadapi dua pertiga pengurangan emisi karbon dalam AS.

“Ini bukanlah ilustrasi masa depan yang tersebut sudah dilukiskan oleh beberapa pihak,” kata Nasser. “Bahkan mereka mulai menyadari pentingnya keamanan minyak kemudian gas.”

Sementara itu, negara-negara mengalami perkembangan di area wilayah selatan akan menggerakkan permintaan minyak dan juga gas seiring dengan tumbuhnya perekonimian di area negara-negara tersebut, yang dimaksud mewakili lebih tinggi dari 85% populasi dunia. Negara-negara ini menerima kurang dari 5% dari target pembangunan ekonomi
energi terbarukan.

Ketimbang gembar-gembor pengembangan energi bersih serta terbarukan, tegas Nasser, dunia seharusnya tambahan fokus pada upaya pengurangan emisi minyak serta gas. Sang pimpinan mengatakan, peningkatan efisiensi selama 15 tahun terakhir hanya telah terjadi mampu menurunkan permintaan energi global hampir 90 jt barel per hari setara minyak. Sementara itu, tenaga angin lalu tenaga surya baru mampu menggantikan 15 jt barel pada periode yang tersebut sama.

“Kita harus mulai menggunakan sumber energi juga teknologi baru secara bertahap jikalau telah benar-benar siap, kompetitif secara ekonomi, juga mempunyai infrastruktur yang mana tepat,” tandasnya.