Bukan Ancaman Bagi Tenaga Kerja, Pengaplikasian Teknologi AI pada Rumah Sakit Justru Banyak Diinginkan Nakes

Bukan Ancaman Bagi Tenaga Kerja, Pengaplikasian Teknologi Teknologi AI pada Rumah Sakit Justru Banyak Diinginkan Nakes

Infocakrawala.com – Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) kerap dianggap ancaman bagi umat manusia. Sebab, kecanggihan teknologi dikhawatirkan akan masih menggeser sebagian pekerjaan yang digunakan semula dikerjakan oleh manusia jadi terganti oleh mesin.

Tetapi rupanya, ketersediaan Artificial Intelligence justru sangat dinantikan oleh para tenaga kemampuan fisik (nakes) di dalam rumah sakit. Hal yang disebutkan bedasarkan temuan dari studi Future Health Index (FHI) Indonesia 2023 yang dimaksud diadakan Royal Philips di area 14 negara. Di Indonesia sendiri ada sebanyak 200 nakes yang tersebut menjadi koresponden.

Direktur Utama Philips Indonesia Astri Ramayanti mengungkapkan bahwa pemimpin kebugaran di dalam Indonesia sebenarnya semakin beralih terhadap kecerdasan buatan untuk meningkatkan pemberian perawatan dan juga efisiensi operasional. 

Ilustrasi Artificial Intelligence (Freepik/phonlamaistudio)
Ilustrasi Artificial Intelligence (Freepik/phonlamaistudio)

Saat ini, hampir sepertiga atau sebanyak 32 persen rumah sakit di area Indonesia telah berinvestasi pada teknologi kecerdasan buatan. Sementara 76 persen lainnya berencana melakukan hal sejenis pada tiga tahun mendatang. 

“Laporan ini menyoroti minat dengan pada kecerdasan buatan di area antara kedua kelompok, baik pemimpin maupun profesional muda. Kedua kelompok memprioritaskan pengaplikasian kecerdasan buatan untuk memprediksi hasil pasien, menggalang tindakan klinis, juga mengoptimalkan efisiensi operasional,” kata Astri di koferensi pers di area Jakarta, Rabu (13/12/2023).

Dari survei yang disebutkan juga ditemukan kalau  para pemimpin kemampuan fisik beranggapan kalau pemanfaatan Kecerdasan Buatan justru berguna untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja yang digunakan masih terjadi di tempat Indonesia, khususnya pada tempat pedesaan. Sebanyak 77 persen responden terlibat mengungkapkan telah terjadi menggunakan atau berencana manfaatkan kemampuan fisik digital.
 
Para nakes usia muda, di area bawa 40 tahun, juga punya ketertarikan lebih besar tinggi untuk bekerja dalam rumah sakit yang sudah melakukan adaptasi teknologi lebih banyak canggih. Satu pertiga dari nakes muda itu memberikan prioritas akses terhadap pemanfaatan Teknologi AI di perawatan kondisi tubuh juga pengiriman perawatan terhubung pada waktu memilih tempat kerja. 

Meski begitu, dia juga masih merasa perlu adanya pelatihan lebih besar baik tentang teknologi baru dan juga akses ke alat diagnostik canggih sebagai faktor kunci untuk meningkatkan perawatan pasien. 

Kemudahan perawatan dengan bantuan teknologi itu salah satunya diadakan oleh rumah sakit pemerintah, RS Jantung kemudian Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta. Direktur Umum dan juga Sumber Daya Manusia RS Harapan Kita, dr. Basuni Radi, Sp.JP., menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi di tempat rumah sakit bukan belaka mempermudah kemudian mempercepat kerja nakes, tapi juga membantu pasien pada akses layanan.

“Kalau dalam RS Jantung Harapan Kita, kita lihat ada beberapa hal bisa jadi digunakan. Utamanya kalau dari kami bagaimana memberikan kenyaman, kemudahan untuk pasien. Contoh yang dimaksud dapat diterapkan, mulai dari pasien daftar. Dulu harus datang langsung, bawa KTP, bawa orang sakitnya. Sekarang daftar dapat dari mana belaka secara online,” tuturnya. 

Contoh lain lagi, misalnya terkait penyimpanan rekam medis yang digunakan mampu diadakan secara digital sehingga tiada perlu lagi disimpan pada bentuk banyak dokumen kertas. 

(Sumber: Suara.com)