CEK FAKTA: Mahfud MD Sebut Food Estate Proyek Gagal Dan Merusak Lingkungan, Benarkah?

CEK FAKTA: Mahfud MD Sebut Food Estate Proyek Gagal Dan Merusak Lingkungan, Benarkah?

Infocakrawala.com – Dalam penyampaian visi serta misi dalam debat cawapres, calon delegasi presiden nomor urut 03, Mahfud MD mengatakan, bahwa inisiatif food estate gagal. Hal itu ia ungkapkan ketika debat cawapres yang dimaksud dilakukan di tempat Ibukota Convention Center (JCC), Senayan, Mingguan (21/1/2024) malam.

Diketahui, Food Estate adalah konsep pengembangan pangan terintegrasi yang mana meliputi pertanian, perkebunan, juga peternakan dalam sebuah kawasan. Inisiatif ini termasuk salah satu Proyek Vital Nasional (PSN) 2020-2024.

Menurut Mahfud, di proyek Food Estate, pemerintah tak terlihat melakukan langkah-langkah untuk menjaga kelestarian lingkungan.

“Maka kami punya acara petani, di tempat laut jaya, nelayan sejahtera. jangan seperti food estate yang digunakan gagal lalu merusak lingkungan, yang dimaksud bener aja, merugikan dong kita,” kata Mahfud Md.

Lantas bagaimana faktanya terkait kegiatan Food Estate ini?

Dosen Rencana Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia (UII) Masitoh Nur Rohmah mengatakan, pernyataan Mahfud MD yang dimaksud adalah benar.

Menurutnya, food estate yang tersebut dilaksanakan mulai 2020 di area Kalimantan Tengah dengan luas 30.000 hektare dari bekas proyek lahan gambut dapat dinyatakan gagal dikarenakan berbagai faktor:

Pertama, terjadi pemaksaan inovasi pola tanam yang digunakan mengakibatkan gagal panen juga hasil produksi yang digunakan tidaklah maksimal untuk periode selanjutnya.

Kedua, masih gagalnya implementasi kegiatan skema ekstensifikasi pada kawasan pertanian yang mana tak berjalan maksimal.

Ketiga, inisiasi lahan yang mana dilaksanakan oleh pemerintah masih belum siap untuk ditanam sebab masih sejumlah kayu kemudian akar yang tersebut tidaklah dibersihkan.

Keempat, masih berbagai saluran air tidak ada dibuat untuk jalur irigasi pertanian;

Kelima, tak melibatkan penduduk terkait pembangun an food estate sehingga masih banyak informasi yang tersebut terlewat kemudian kurangnya partisipasi dari masyarakat.

Hal senada juga disampaikan Peneliti Sajogyo Institute, Kiagus Muhamad Iqbal yang tersebut menyampaikan menurut laporan BBC Indonesia (2023), food estatedi Kalimantan Tengah mengalami kegagalan.

“600 hektare perkebunan singkong mengalami gagal panen, lalu 17.000 hektar sawah baru tidaklah panen juga. Kegagalan diakibatkan perencanaan yang mana terlalu elitis hingga tidaklah ada partisipasi (bahkan terjadi penolakan) dari masyarakat,” bebernya.

Pernyataan juga dibenarkan Dosen Fakultas Sektor Bisnis serta Bisnis Universitas Padjajaran (Unpad), Viktor Primana.

Dia mengatakan, beberapa perkebunan pangan skala besar yang tersebut didirikan oleh pemerintah Indonesia di area bawah kegiatan food estate dilaporkan sudah pernah ditinggalkan.

Investigasi lapangan pada 2022 juga 2023 menemukan semak liar dan juga ekskavator yang tersebut ditinggalkan dalam lahan yang digunakan telah terjadi dibuka untuk singkong lalu padi di area provinsi Kalimantan Tengah.

“Para aktivis mengungkapkan kegagalan kegiatan ini sudah ada terlihat sejak awal, oleh sebab itu kurangnya penilaian dampak yang tersebut diadakan sebelum memilih lokasi kemudian membuka hutan untuk tumbuhan yang tidak ada cocok dengan tanah,” tulisnya.

Program ini mencerminkan Mega Rice Project pada pertengahan 1990an, yang dimaksud gagal meningkatkan hasil panen dan juga menyebabkan kerusakan luas pada lahan gambut kaya karbon.

(Sumber: Suara.com)