Bisnis  

Dedolarisasi Diramal Jadi Bumerang, Pakar: Ide Bagus, tapi Sangat Menakutkan

Dedolarisasi Diramal Jadi Bumerang, Pakar: Ide Bagus, tapi Sangat Menakutkan

Infocakrawala.com – JAKARTA – Dedolarisasi yang mana terus menggema di dalam sejumlah negara untuk mencoba bergeser dari dolar Negeri Paman Sam (USD) diramalkan akan segera menjadi bumerang. Seorang analis komoditas juga pendiri CPM Group, Jeffrey Christian berpikir, bahwa dorongan dedolarisasi pada beberapa negara seperti Rusia, China, serta India dapat berakhir menjadi bumerang serta merugikan perekonomian negara-negara tersebut.

Terlepas dari pergerakan yang tersebut sedang berlangsung, dominasi dolar diyakini tak akan hilang, mengingat betapa meluasnya greenback di tempat lingkungan ekonomi keuangan. Hal ini disampaikan oleh Jeffrey Christian untuk Business Insider di sebuah wawancara.

“Saya berpikir bahwa dedolarisasi adalah mimpi yang mana dimiliki beberapa dari kita,” kata Christian.

“Ini adalah gagasan untuk pindah ke rezim mata uang multi-internasional. Hal ini ide yang mana bagus, tetapi logistik yang digunakan terjadi sangat menakutkan akibat semua pemerintah lalu negara harus mengubah cara merekan berurusan dengan mata uang,” bebernya.

Christian adalah salah satu dari sekelompok skeptis terhadap dedolarisasi di dalam Wall Street, yang dimaksud telah dilakukan mengesampingkan tren itu tidaklah lebih banyak dari kata kunci. Dedolarisasi adalah “mitos”, “tidak masuk akal”, dan juga “lelucon buruk,” kata Christian untuk klien pada presentasi awal tahun ini.

Ia menambahkan, tiada menganggap ketakutan tentang dolar yang mana digantikan oleh mata uang lain sebagai sesuatu yang dimaksud terlalu serius. Menurutnya untuk negara-negara yang digunakan bersikeras tiada menggunakan dolar akan segera menghadapi rangkaian konsekuensi ekonomi.

Setidaknya ada 3 konsekuensi yang mana harus dihadapi bagi para pendukung dedolarisasi:

1. Permasalahan Pembayaran

Pertama, negara-negara dedolarisasi dibayangi risiko hambatan pembayaran yang dimaksud tambahan tinggi, kata Christian. Dia merujuk terhadap India, yang dimaksud bersikeras membeli minyak Rusia pada rupee dan juga dirham – mata uang UEA (Uni Emirate Arab) – tahun lalu. Para pedagang mengatakan, tindakan itu menyebabkan setidaknya tujuh kapal minyak menuju India kembali ke Rusia, seperti dilaporkan Reuters.

Konflik pembayaran berasal dari fakta bahwa mata uang lain tak selikuid dolar, lantaran greenback begitu sejumlah digunakan di dalam lingkungan ekonomi global juga dipegang di dalam antara bank sentral.

Dolar dipakai di 88% dari semua proses mata uang harian pada April 2022, menurut Bank of International Settlements, kemudian menyumbang 54% dari semua cadangan devisa, berdasarkan data Dana Moneter Internasional (IMF).