Hari Aids Sedunia 2023: Tantangan Berat Indonesia Eliminasi HIV di tempat 2030, Mungkinkah?

Hari Aids Sedunia 2023: Tantangan Berat Indonesia Eliminasi HIV di tempat tempat 2030, Mungkinkah?

Infocakrawala.com – Tanggal 1 Desember lalu baru sekadar diperingati sebagai Hari Aids Sedunia atau HAS 2023. Sedangkan 6 tahun mendatang atau 2030 Indonesia ditargetkan eliminasi Aids, mungkinkah tercapai?

Blak-blakan Sekretaris Yayasan Kemitraan Indonesia Baik (YKIS), Husein Habsyi, SKM mengaku cukup berat target eliminasi Aids pada Indonesia dapat dicapai pada 2030 mendatang. Hal ini akibat sederet laporan target Aids pada Indonesia belum sesuai harapan.

“Berat, sebenarnya berat. Jadi nggak dapat kita bilang ini mudah, tentu berat tantangannya berat mengenai berbagai hal. Tapi tantangan itu akan jadi dapat harapan kita kalau didukung semua pihak, kalau cuma kalau mengandalkan orang HIV berat juga,” ujar Husein pada waktu konferensi pers di Jakarta Selatan, Selasa (5/12/2023).

Mitos HIV AIDS lalu Stigma Pengidapnya - Ilustrasi HIV/AIDS. (Shutterstock)
Mitos HIV AIDS juga Stigma Pengidapnya – Ilustrasi HIV/AIDS. (Shutterstock)

Adapun berdasarkan Laporan Perkembangan HIV AIDS dan PIMS Triwulan 1 Tahun 2023, jumlah agregat estimasi Orang Dengan HIV (ODHIV) tahun 2023 sebanyak 515.455 orang. Jumlah ODHIV hidup lalu mengetahui statusnya sebanyak 438.231 orang atau 85%.

Jumlah ODHIV yang mendapatkan penyembuhan sebanyak 184.890 atau 42%, padahal target Kementerian Bidang Kesehatan (Kemenkes) dipercepat di angkat 95 persen.

Adapun obat ODHIV yang tersebut harus rutin dikonsumsi setiap hari di jam yang tersebut identik disebut dengan antiretroviral (ARV), yang dimaksud bisa jadi menekan jumlah keseluruhan virus di dalam tubuh sehingga virus tidak ada menyebabkan komplikasi serta menularkan orang lain.

Lalu jumlah total ODHIV yang sedang mendapatkan penyembuhan yang dites VL pada tahun 2023 dengan hasil Viral Load tersupresi sebanyak 50.092 orang atau 27%, padahal targetnya di angka 95%.

Viral load adalah kadar virus di dalam tubuh seseorang. Sedangkan ramai load tersupresi adalah pada waktu diadakan pemeriksaan virus sudah ada tidak ada terdeteksi alias undetectable, sehingga tiada lagi menularkan terhadap anak ketika melahirkan atau pada waktu menyusui.

“Tapi kondisi popular load tersupresi bukanlah berhenti mengonsumsi obat, oleh sebab itu obat harus dikonsumsi setiap hari dan di jam yang mana sama,” sambung Husein.

Pendapat ini juga dibenarkan Anggota Pengurus YKIS sekaligus Ketua Health Collaborative Centre (HCC), dr. Ray Basrowi yang tersebut menjelaskan apabila virus HIV disebut pintar bersembunyi, sehingga apabila bukan diminum setiap hari di jam yang dimaksud sejenis maka bisa saja meningkatkan potensi tahanan obat.

“Jadi virus HIV ini pintar, takutnya dikasih jeda atau kesempatan bersembunyi oleh sebab itu bukan rutin minum obat di jam yang mana sejenis maka obat yang tersebut diberikan bisa jadi resisten. Kalau sudah ada resisten, obat yang digunakan tadinya lini 1 yang dicover BPJS Bidang Kesehatan alias gratis dari pemerintah, lini 2 ini bisa saja berbayar,” jelas dr. Ray.

Selain itu Husein juga mengakui apabila ketika ini penanganan HIV atau Aids di Indonesia sudah lebih banyak baik, banyak publik yang tersebut mulai berani memeriksakan diri ke prasarana kemampuan fisik atau bahkan tes mandiri.

Tapi kata dia, mengandalkan ODHIV cuma bukan cukup untuk mencapai Indonesia eliminasi Aids 2030 mendatang. Tapi diperlukannya kolaborasi dengan komunikasi yang digunakan tambahan memiliki tangan panjang juga dekat dengan ODHIV.

“Jadi target terdekatnya yaitu  ODHIV yang mana memenuhi kriteria dapat diberikan antiretroviral multi bulan hingga 3 bulan adalah target yang harus dicapai pada tahun 2030,” jelas Husein.

Adapun pengendalian HIV AIDS di Indonesia dalam rangka mencapai 95-95-95 pada 2030 tersebut, perlu dikemas dengan instruksi kunci sebagai berikut:

  1. Peran bergerak komunitas di melakukan perubahan.
  2. Berkontribusi pada mengurangi penularan virus HIV ke orang lain, teristimewa pasangan.
  3. Memanfaatkan teknologi pada menyebarkan informasi HIV AIDS.
  4. Ciptakan generasi bebas stigma.

Sedangkan peringatan keras HAS 2023 ditujukan untuk sebagai berikut:

  • Kemitraan strategis multi pihak lembaga pemerintah, dunia perniagaan sektor swasta, organisasi profesi, media juga komunitas menguatkan kerjasama pada upaya pengendalian HIV AIDS.
  • Strategi yang digunakan masif terkait instruksi yaitu pentingnya meningkatkan kualitas hidup ODHIV, mengempiskan stigma kemudian diskriminasi, kemajuan pada mencapai 95-95-95 menuju ending Aids 2030.
  • Meningkatkan respon juga komitmen baik dari sisi pencegahan, penanganan tindakan hukum serta penawaran kondisi tubuh secara terpadu, komprehensif kemudian berkesinambungan
  • Adanya langkah kongkrit dari otoritas kemudian Komunitas di menyusun rencana kerja dengan untuk pencegahan serta pengendalian HIV AIDS 

(Sumber: Suara.com)