Multiplier Kondisi Keuangan Haji

Multiplier Kondisi Keuangan Haji

Infocakrawala.com – Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Menteri Keuangan

IBADAH haji memiliki makna yang digunakan sangat mendalam bagi umat muslim, melampaui sekadar kewajiban religius. Sebagai salah satu dari lima rukun Islam, haji merupakan puncak pengabdian juga ketundukan manusia muslim terhadap Allah SWT. Pelaksanaan haji mempertemukan jutaan umat Muslim dari seluruh dunia, mengenakan pakaian ihram yang digunakan sama, menghapus segala perbedaan status sosial juga ekonomi, kemudian menegaskan prinsip kesetaraan dan juga persaudaraan di Islam. Akan tetapi, walaupun penyelenggaraan haji adalah salah satu bentuk ibadah orang muslim atau ummat Islam yang diperintahkan oleh Allah SWT serta merupakan sebagai satu kewajiban, namun ibadah haji hanya sekali diwajibkan terhadap orang muslim yang mampu, baik mampu secara fisik maupun finansial. Artinya, walaupun ibadah haji adalah salah satu dari 5 rukun Islam yang digunakan wajib dilaksanakan oleh setiap muslim, namun ibadah haji adalah salah satu dari rukun islam yang tidak ada hanya sekali mengandalakan fisik tetapi salah satu ibadah yang digunakan juga menitikberatkan terhadap aspek finansial.

Berbicara tentang kemampuan finansial yang menjadi salah satu pendukung terlaksananya ibadah haji, maka bersinggungan dengan aspek kegiatan ekonomi adalah sebuah keniscayaan. Hal yang disebutkan lantaran di kegiatan haji juga erat melibatkan aktivitas konsumsi, kegiatan distribusi juga kegiatan produksi. Artinya, selain sebagai salah bentuk ibadah atau kewajiban bagi umat Islam, ibadah haji juga melibatkan aspek dunia usaha yang dimaksud berperan didalamnya, baik itu kegiatan konsumsi, produksi maupun distribusi. Oleh sebab itu, tak heran bila ibadah haji, sebagai salah satu rukun Islam, bukan cuma miliki makna spiritual bagi penduduk muslim, melainkan juga memberikan dampak perekonomian yang signifikan bagi masyarakat, baik dalam tingkat lokal maupun nasional.

Setiap langkah pada perjalanan orang jemaah, memiliki kontribusi pada aktivitas perekonomian yang dimaksud lebih tinggi besar. Setiap tindakan berbelanja oleh jemaah haji, dari pembelian tiket hingga oleh-oleh, tiada cuma memenuhi permintaan individu tetapi juga memicu rangkaian proses yang tersebut menggerakkan ekonomi di area berbagai sektor. Perputaran sektor ekonomi yang dihasilkan dari aktivitas haji menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, dan juga menguatkan perekonomian lokal lalu nasional. Sehingga, ibadah haji bukanlah belaka sebuah perjalanan spiritual, tetapi juga sebuah motor penggerak perekonomian yang mana memberikan faedah luas bagi masyarakat.

Ibadah Haji juga Pembangunan Kondisi Keuangan Masyarakat

Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di area dunia, perekonomian haji di tempat Indonesia memainkan peran vital pada menggerakkan roda perekonomian. Di tahun 2024 ini, Indonesia menjadi negara pengirim delegasi haji terbesar pada dunia dengan kuota 241.000 jemaah dengan rincian 221.00 kuota normal juga 20.000 kuota tambahan. Selain itu, hamper 596.000 orang Indonesia berkunjung ke Arab Saudi untuk umrah (haji kecil) di lima bulan terakhir ini, dengan total diperkirakan mencapai 1,5 jt pada akhir tahun ini. Secara total, jumlah agregat jemaah haji dan juga umrah jika Indonesia pada tahun 2024 diproyeksikan mencapai 1,8 jt atau meningkat 11% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Oleh karenanya, tak diragukan lagi bahwa haji juga umrah tahunan miliki implikasi ekonomi yang mana signifikan bagi Indonesia maupun Arab Saudi, khususnya di rantai pasok barnag serta jasa yang mana diperlukan oleh aktivitas tersebut.

Besarnya jumlah agregat haji dan juga umrah di tempat Indonesia membuka berbagai kemungkinan kegiatan bisnis yang tersebut bisa saja menciptakan keuntungan dunia usaha bagi penduduk Indonesia. Bagi negara, penerimaan dari pajak juga biaya administrasi terkait perjalanan ibadah haji serta umrah dapat menjadi salah satu sumber penerimaan pemerintah melalui berbagai pajak seperti pajak keberangkatan, pajak barang serta jasa terkait perjalanan, dan juga pajak dari perusahaan travel yang mengorganisir perjalanan haji dan juga umrah. Selain itu, kontribusi terhadap Sistem Domestik Bruto (PDB) juga meningkat seiring dengan tingginya permintaan terhadap berbagai layanan juga komoditas terkait, mulai dari transportasi, akomodasi, hingga suvenir.

Dapat dipastikan bahwa setiap tahun tak sedikit jemaah haji membutuhkan berbagai layanan serta produk, mulai dari transportasi, akomodasi, hingga perlengkapan ibadah, yang membuka prospek besar bagi berbagai sektor ekonomi. Hal yang disebutkan membuka potensi kegiatan bisnis bagi berbagai sektor ekonomi. Maskapai penerbangan, perusahaan travel, hotel, juga jasa katering mendapatkan kegunaan dengan segera dari kegiatan haji. Selama bulan haji, maskapai penerbangan kemudian perusahaan travel meraup keuntungan besar dari transaksi jual beli tiket juga paket perjalanan haji. Transportasi udara merupakan pengeluaran terbesar para jemaah haji lalu umrah, mencakup 35%-50% dari toal biaya ibadah haji dna umrah. Pun hotel lalu akomodasi menyumbang 25%-35%, dengan beragam pilihan penginapan.

Oleh sebab itu, tidak hal mustahil bila berbagai hotel dalam kota-kota keberangkatan utama juga mengalami peningkatan okupansi hingga memberikan dorongan signifikan bagi sektor perhotelan. Layanan makan juga mencakup 5% dari biaya untuk menjamin kesejahteraan jemaah. Di samping itu, transportasi lokal, termasuk bus menyumbang 5% dari pengeluaran yang sangat penting bagi aktivitas jemaah. Bahkan, sektor kondisi tubuh serta layanan pendukung seperti asuransi perjalanan dan juga bimbingan ibadah turut mendapatkan kegunaan ekonomi. Setidaknya, para jemaah akan mengeluarkan 5% dari total biaya untuk visa juga asuransi.

Selain itu, adanya permintaan yang dimaksud tinggi terhadap perlengkapan ibadah, pakaian, lalu oleh-oleh haji, turut menggerakkan sektor ritel dan juga manufaktur. Begitu juga pada daerah-daerah yang digunakan menjadi titik keberangkatan lalu pemulangan jemaah, seperti di dalam sekitar bandara internasional, terjadi peningkatan aktivitas ekonomi yang digunakan signifikan. Pelaku perniagaan kecil lalu menengah (UKM) seringkali mendapatkan keuntungan dari peningkatan arus penumpang, yang membutuhkan berbagai layanan lalu produk. Setidaknya, calon jemaah haji kerap mengeluarkan biaya persiapan ketika jelang keberangkatan. Lebih dari 70% jemaah haji mengaku bahwa merekan melakukan belanja pakaian sebelum berangkat haji. Ada sebagian kecil yang tersebut melakukan perbelanjaan makanan, obat-obatan, koper atau ransel, alat komunikasi, kemudian lainnya.

Berdasarkan hasil asesmen terhadap Tabel Input-Ouput (IO) 185 sektor, ditemukan bahwa sektor perekonomian pada negeri yang tersebut terdampak tidaklah sedikit. Tatkala seseorang calon jemaah haji melakukan perbelanjaan makanan, obat-obatan, dan juga untuk syukuran, secara tiada dengan segera terdapat lebih banyak dari 15 sektor perekonomian lain yang menerima spillover effect. Secara total, IDEAS memperkirakan bahwa spillover effect dari kegiatan perbelanjaan calon jemaah haji di tempat pada negeri akan menyebar ke 101 sektor perekonomian. Luasnya daya sebar dari perbelanjaan jemaah sebelum keberangkatan haji lalu umrah menunjukkan masifnya dampak kegiatan ekonomi dari haji dan juga umrah. Berdasarkan hasil indeks kemungkinan sektor ekonomi haji terdapat lima provinsi yang dimaksud angkanya di tempat berhadapan dengan rata-rata 0.33. Artinya, 5 wilayah ini penyumbang partisipasi kemungkinan terbesar secara ekonomi, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, lalu Banten.

Pada sektor keuangan, khususnya perbankan, kegiatan haji kemudian umrah memberikan dampak positif melalui peningkatan jumlah keseluruhan operasi kemudian pengaplikasian layanan perbankan. Banyak bank menawarkan produk-produk tabungan khusus haji lalu umrah yang mana memfasilitasi pelanggan di merencanakan dan juga menyimpan dana untuk keperluan ibadah ini. Inisiatif pembiayaan haji juga umrah juga merupakan salah satu layanan unggulan yang digunakan meningkatkan likuiditas dan juga profitabilitas perbankan. Lembaga keuangan lainnya, seperti perusahaan asuransi, juga mendapatkan faedah dari meningkatnya permintaan asuransi perjalanan yang tersebut dibutuhkan oleh jemaah. Secara keseluruhan, kegiatan haji kemudian umrah tidak cuma berdampak pada peningkatan pendapatan negara melalui berbagai pajak dan juga biaya, tetapi juga meningkatkan kekuatan sektor keuangan dengan menyediakan berbagai komoditas lalu layanan keuangan yang mana spesifik.