Orang Tua Tak Perlu Panik Anak Terkena Pneumonia, Begini Cara Mengatasinya

Orang Tua Tak Perlu Panik Anak Terkena Pneumonia, Begini Cara Mengatasinya

Infocakrawala.com – JAKARTA – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkap bahwa pneumonia menjadi salah satu penyakit dengan bilangan bulat kematian yang mana cukup tinggi, dibandingkan dengan penyakit diare kemudian malaria.

Orang tua harus lebih tinggi waspada terhadap kondisi kemampuan fisik sang buah hati, apalagi belum lama ini dunia diramaikan dengan kemunculan mycoplasma pneumonia yang tersebut banyak menyerang anak-anak.

Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K) selaku Ketua Unit Kerja Kerjasama (UKK) Respirologi IDAI menjelaskan bahwa salah satu bekal yang harus dimiliki para orang tua yakni kemampuan untuk deteksi dini sehingga tahu kapan anak harus dibawa ke rumah sakit.

Umumnya penyakit yang digunakan rutin dialami oleh anak khususnya balita yakni demam, batuk atau flu. Penyakit yang disebutkan biasanya disebabkan oleh paparan berbagai virus serta bakteri.

Namun, dr. Nastiti Kaswandani menjelaskan ketika si kecil menunjukkan tanda-tanda terkena pneumonia seperti kesulitan bernapas hingga demam yang digunakan sangat tinggi, hal ini harus terus perhatikan.

Terlebih, apabila napas anak sudah ada tambahan cepat serta terdapat cekungan di area antara dada lalu perut pada waktu bernafas, maka orangtua harus segera membawanya ke rumah sakit.

“Ada namanya tarikan dinding dada bagian bawah ini kalau ada cekungan ya di dalam batas antara dada dengan perut waktu ia bernafas, namanya refraksi. Nah itu adalah tanda bahaya dimana orang tua harus mengakibatkan anaknya ke rumah sakit,” jelas dr. Nastiti Kaswandani di Seminar Dunia Pers mengenai Pneumonia pada Anak, Kamis (11/1/2024).

Jika telah di area rumah sakit, maka orang tua dapat mengetahui penanganan penyakit yang tepat dari dokter atau para ahli. Sering kali ditemukan perkara orang tua yang tidaklah kooperatif dengan saran yang diberikan oleh dokter, hal ini dapat membahayakan kondisi anak apabila tidaklah ditangani dengan tepat.

“Jadi supportnya lebih besar ke arah nanti pencegahan serta deteksi dininya. Kalau sudah ada sampai harus dirawat, kemudian itu adalah tugas dari dokter. Orang tua men-support dengan melakukan tindakan yang mana disarankan,” tutur dr. Nastiti Kaswandani.

(Sumber:SindoNews)