Perempuan Skoliosis Sering Sakit Pinggang, Aman Gak Sih untuk Hamil?

Perempuan Skoliosis Sering Sakit Pinggang, Aman Gak Sih untuk Hamil?

Infocakrawala.com – Nyeri punggung jadi keluhan umum yang tersebut dialami ibu hamil lantaran harus menahan berat janin juga otot perut yang tersebut meregang. Pertanyaannya, amankah perempuan dengan skoliosis hamil?

National Health Service (NHS) mendefinisikan skoliosis sebagai kondisi tulang belakang melengkung ke samping atau terpelintir.

Penyakit ini sanggup dialami siapa belaka dari bayi hingga orang dewasa, tapi umumnya mulai menyerang remaja remaja usia 10 hingga 15 tahun dan juga mampu semakin parah apabila tidak ada ditangani hingga dewasa, bahkan bisa saja mempengaruhi perempuan pada waktu jadi ibu hamil loh.

Gejala skoliosis meliputi tulang belakang tampak melengkung, condong ke satu sisi, bahu tidaklah rata, satu bahu atau pinggul menonjol, tulang rusuk mencuat pada satu sisi, kemudian pakaian jadi tidaklah pas.

Ilustrasi perempuan kena skoliosis [shutterstock]
Ilustrasi perempuan kena skoliosis [shutterstock]

Hubungan skoliosis serta ibu hamil

Melansir Scoliosis Support & Research, Jumar (2/2/2024) skoliosis terbagi dua jenis, skoliosis bawaan sejak lahir seperti distrofi otot atau poliomielitis dan juga skoliosis remaja atau idiopatik.

Skoliosis idiopatik jadi kondisi yang paling umum juga banyak ditemukan, yaitu kondisi tulang melengkung ke samping pada waktu proses perkembangan di dalam usia 10 hingga 14 tahun.

Nah, menariknya khusus ibu hamil dengan skoliosis idiopatik jarang mengalami kesulitan pernapasan selama kehamilan lalu seiring bertambahnya usia. Hal ini oleh sebab itu skoliosis terjadi pada masa paru-paru juga jantung sudah ada terbentuk semporna.

Sedangkan ibu hamil dengan skoliosis bawaan seperti distrofi otot atau poliomielitis, kemungkinan skoliosis terjadi sejak lahir yang mana menyebabkan ukuran dan juga kapasitas paru-paru cenderung terbatas, dikarenakan tidaklah punya yang untuk terbentuk maksimal.

Kondisi ini terjadi akibat otot yang tersebut melebarkan tulang rusuk lemah sehingga sistem pernapasan akan berpengaruh.

Perlu diingat, kapasitas paru-paru untuk bernapas sangat mempengaruhi kadar oksigen, sebab mampu terjadi hipoksemia yaitu penurunan kadar oksigen. Kadar oksigen yang rendah inilah yang berbahaya bagi perkembangan bayi lalu juga dapat menyebabkan jantung menegang.

Beruntungnya, kondisi ini dapat jarang terjadi juga untuk mencegahnya sanggup dengan memantau kadar oksigen ketika berolahraga serta pada di malam hari hari.

adapun cara mengukur kapasitas vital paru-paru dengan cara tes tiupan sederhana, yang tersebut ditujukan untuk mengetahui jumlah total total udara yang digunakan dapat dikeluarkan dari paru setelahnya mengambil napas maksimal.

Jika kapasitas vital paru kurang dari 50 persen, disarankan melakukan pemeriksaan lengkap terhadap dokter spesialis paru.

Tapi di area beberapa tindakan hukum dengan skoliosis parah, bantuan pernapasan dalam di malam hari hari mampu dilaksanakan dengan ventilasi non invasif. Selama alat bantu pernapasan ini digunakan kemudian dipantau dengan cermat, maka kondisi tubuh ibu juga perkembangan bayi sanggup tercapai.

Selain itu, untuk risiko ibu hamil skoliosis parah melahirkan bayi, cenderung disarankan lakukan persalinan diri atau kelahiran prematur di dalam usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Ini adalah oleh sebab itu pengaruh perkembangan bayi bisa saja menyebabkan ibu sesak napas, bahkan sekalipun mendapat alat bantu napas.

Penyebab skoliosis dan juga cara mencegahnya

Sekitar 8 dari 10 persoalan hukum skoliosis tiada diketahui, khususnya skoliosis idiopatik. Skoliosis idiopatik bukan sanggup dicegah serta kemungkinan tidaklah berhubungan dengan postur tubuh buruk, olahraga, atau pola makan.

Penyebab terbesar skoliosis yaitu genetik, dikarenakan bukan jarang penyakit ini diturunkan pada keluarga. Menariknya jika dibandingkan dengan bayi, balita serta anak-anak kemungkinan besar tidak ada perlu pengobatan.

Hanya semata disarankan memakai gips atau penyangga plastik di dalam punggung untuk mengurangi lengkungan ,jadi lebih lanjut buruk sampai anak berhenti tumbuh.

(Sumber: Suara.com)