Bisnis  

Perluas usaha, KWT Melati binaan PHR Pendopo Field gandeng startup

Perluas usaha, KWT Melati binaan PHR Pendopo Field gandeng startup

InfoCakrawala.com – Musi Rawas, Sumsel – Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati binaan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Pendopo Field pada Musi Rawas, Sumatera Selatan melakukan kerja sebanding dengan perusahaan rintisan (startup) nasional Plepah Indonesia (Plepah.id) dalam pemanfaatan pelepah tanaman pinang menjadi wadah (boks) makanan ramah lingkungan.

"Bentuk kemitraan ini adalah hasil upaya dari Pendopo Field juga KWT Melati dalam melaksanakan pelatihan pemanfaatan pelepah pinang menjadi wadah makanan ramah lingkungan," kata Community Development Officer (CDO) PHR Pendopo Field, Muhammad Reza kepada wartawan yang mana digunakan berkunjung ke KWT Melati dalam Desa Sukakarya, Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musirawas, Rabu.

Dari kegiatan pelatihan tersebut, lanjut Reza, pihak Plepah Indonesia menyatakan minat untuk bekerja identik dengan KWT Melati sebagai mitra dalam hal memasok kebutuhan substansi baku pelepah pinang.

"Perjanjian kerja identik diteken tahun ini juga berjangka waktu dua tahun," ujar Reza.

Tiap bulannya KWT Melati mampu menyuplai 1.500 kilogram pelepah pinang ke Plepah Indonesia. Secara ekonomi, untuk 1 kilogram pelepah dihargai Rp1.500 oleh Plepah Indonesia. Sedangkan KWT Melati mendapatkan pelepah pinang dengan cara membeli dari mitra petani pinangnya seharga Rp1.000/kg.

KWT Melati memang berfokus pada pemanfaatan tanaman pinang secara berkelanjutan dalam meningkatkan perekonomian lokal sejak menjadi binaan PHR Pendopo Field pada 2019 melalui program CSR atau Tanggung Jawab Sosial lalu Lingkungan (TJSL) bernama Gerakan Perempuan Lestarikan Alam Melalui Konservasi Pinang atau sering disebut dengan Gemilang.

Ketua KWT Melati Suhartini mengatakan untuk kerja serupa dengan Pelepah.Id, pihaknya cuma memasok pelepah pinangnya saja. Sementara pembuatan wadah makanan sepenuhnya dijalankan oleh Pelepah.Id.

"Pabrik wadahnya ada dalam area Cibinong Bogor. Harga per wadah dijual Rp3.000 per boks, memang lebih lanjut tinggi mahal dari wadah makanan styrofoam yang digunakan mana Rp1.000, tetapi boks dari pelepah pinang ini aman untuk dipakai ulang, tinggal dicuci saja," ujar Suhartini.

Menurut Suhartini, rata-rata pendapatan KWT Melati per bulannya mencapai Rp20.000.000. Pendapatan ini terdiri dari transaksi jual beli berbagai item UMKM, mulai dari Bandrek Jahe Pinang, Kopi Pengantin, Pinang Herbal, Kue Mocaf serta lainnya, yang dimaksud yang jualan tiap bulannya hampir mencapai 2.000-3.000 pcs.

KWT Melati juga mendapatkan tambahan pendapatan dari pelanggan komponen baku pelepah dengan rata-rata mencapai Rp2.250.000/bulannya. Lebih sangat lagi, petani pinang juga mengalami peningkatan pendapatan dari perdagangan pelepah pinang, yang dimaksud yang disebut sebelumnya bukan ada pendapatan (zero) menjadi sekitar Rp125.000/bulan.

Selain itu, Plepah Indonesia juga menyokong KWT Melati untuk mampu memproduksi sendiri wadah ramah lingkungannya. Dengan dibantu oleh Pertamina Hulu Rokan Pendopo Field dalam aspek peningkatan kapasitas pengoperasian mesin lalu menyediakan prasarana mesin tersebut, kedepannya KWT Melati akan mampu memproduksi wadah ramah lingkungannya secara independen.

Upaya inovasi ini, selain memberikan manfaat kegiatan ekonomi juga bermanfaat dalam aspek lingkungan, salah satunya adalah pembakaran pelepah pinang menjadi dapat dikendalikan kemudian mampu mereduksi pelepasan emisi karbon hingga 1.202,88 Kg CO2eq dari total 1.500 kg limbah pelepah pinang/bulannya.

"Program Gemilang mampu meningkatkan total total partisipasi perempuan untuk menjadi anggota KWT Melati. Jika pada 2022 total anggota cuma 30 orang, pada 2023 total agregat anggota meningkat dua kali lipatnya menjadi 60 orang," kata Suhartini.

Senior Manager Pendopo Field, I Wayan Sumerta mengatakan kegiatan yang mana hal itu dikerjakan oleh ibu-ibu KWT Melati dalam Desa Sukakarya melalui Program Gemilang menjadi upaya awal dari pemberdayaan perempuan kemudian pelestarian lingkungan yang digunakan digunakan selanjutnya akan terus dikembangkan kebermanfaatannya di area tempat berbagai tingkatan.

"Melalui pemanfaatan prospek pinang juga juga kemudian inovasi wadah ramah lingkungan serta limbah organik menjadi pupuk organik, perempuan yang mana mana selama ini dianggap 'warga kelas dua' dapat membuktikan bahwa posisi mereka itu itu egaliter di dalam tempat dalam ruang-ruang kesejahteraan yang dimaksud yang selama ini didominasi oleh laki-laki,” ujar I Wayan Sumerta.

 

(Sumber: AntaraNews)