Rekam Jejak Aktivisme Adian Napitupulu di dalam Masa Orba, Sering Kabur Karena Takut Ditangkap pemerintahan

Rekam Jejak Aktivisme Adian Napitupulu di tempat di Masa Orba, Sering Kabur Karena Takut Ditangkap pemerintahan

Infocakrawala.com – Sosok Adian Napitupulu curi perhatian pasca baliho pengenalannya sebagai caleg DPR ramai pada media sosial. Pasalnya, wajah Adian pada baliho itu dinilai telah terjadi diedit secara berlebihan sehingga nampak sangat berbeda dengan aslinya.

Selain itu, politisi PDIP itu juga menuliskan kalimat “BERJUANG UNTUK RAKYAT TANPA KERAGUAN!” pada baliho tersebut, sehingga tuai atensi publik.

Sebelum terjun ke politik, Adian memang sebenarnya dikenal sebagai individu aktivis. Dia setiap saat kritis terhadap pemerintah sejak masa orde baru. Ketika itu Adian masih kuliah di dalam Universitas Kristen Indonesia (UKI) tahun 1990-an.

Dalam suatu wawancara, Adian menceritakan dirinya telah terjadi menjadi aktivis sejak tahun 1992, pada waktu usianya baru 21 tahun.

“Gua jadi aktivis itu tahun 92, itu gua udah koordinir buruh, telah ditangkap polisi, sudah ada dipecat dari pabrik, jadi panjang,” cerita Adian, diambil dari cuplikan video yang dimaksud dibagikan akun TikTok @herman.kurniawan, diambil Selasa (30/1/2024).

Adian mengaku kalau doronya serta teman-teman aktivis lain rutin dicari-cari oleh polisi. Hingga ketika dirinya sedang menyusun skripsi pun, Adian tetap memperlihatkan melanjutkan kegiatan aktivismenya. Ketika menjauhi perkembangan 27 Juli 1996 serangan pasukan pemerintah Indonesia terhadap kantor pusat Partai Demokrasi Indonesia di tempat jl. Diponegoro 58, Jakarta, Adian juga ada pada waktu momen tersebut.

“Sebelum 27 Juli, Mimbar Bebas Diponegoro 58, itu kan deket kampus gua. Jadi gua wara-wiri, duduk, ngerokok, dengerin. Lalu senior-senior di tempat partai ‘ayo An bareng-bareng kita perjuangkan ini’,” kenangnya.

Dia dan juga teman-temannya pun menimbulkan Posko Pemuda dan juga Mahasiswa yang tersebut menghimpun berbagai pelajar dari berbagai daerah.

Saat perkembangan serangan tanggal 27 Juli itu pecah, para aktivis itu melarikan diri termasuka Adian. Dia menyatakan beberapa temannya ada yang tersebut tertangkap, salah satunya Budiman Sujatmiko. Para aktivis yanh masih kabur terpaksa bersembunyi sebab sadar masih dicari oleh pemerintah.

“Karena di tempat koran tuh dulu ada tulisannya, ‘Dicari Untuk Ditangkap’. Setiap hari tuh fotonya ganti-ganti, jadi kita kalau lihat koran takut bukanya, jangan-jangan muka kita,” cerita Adian.

Sambil berjalan waktu, Adian yang tersebut miliki latar lembaga pendidikan hukum itu pun membentuk Lembaga Bantuan Hukum (LBH) bersatu Desmond Mahesa. Lembaga itu bertujuan berikan bantuan hukum terhadap penduduk juga edukasi.

Selama menjalankan LBH yang disebutkan Adian kemudian Desmond tetap memperlihatkan mendapatkan intimidasi. Hingga pada akhirnya Desmond menghilang kemudian Adian memutuskan menyebabkan seluruh berkas kantornya. Dia pun berkeliling dari satu tempat ke tempat lain demi kabur dari kejaran aparat. Sambil tetap saja melakukan konsolidasi untuk masyarakat.

“Pelarian itu memproduksi kita makin intensif berkonsolidasi sebab bukan punya tempat pulang, jadi lari aja terus. Lari ketemu teman dari area sini. Kemudian terlantar. Datang ke kampus, ditangkap atau hilang. Atau jangan ke kampus tapi kita selamat. Gitu, lah. Ya, gua pilih yang mana kedua,” pungkas Adian.

(Sumber: Suara.com)