Waspada, Diabetes Bisa Merusak Mata alias Retinopati Diabetik: Sebabkan Kebutaan?

Waspada, Diabetes Bisa Merusak Mata alias Retinopati Diabetik: Sebabkan Kebutaan?

InfoCakrawala.com – Para diabetesi sebaiknya waspada penyakit komplikasi pada mata disebut dengan retinopati diabetik, yang dimaksud menyebabkan rusaknya penglihatan akibat kadar gula dalam darah yang mana tinggi. Benarkah kondisi itu menyebabkan kebutaan?

Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Pondok Indah Bintaro Jaya, dr. Nur Ainun, Sp. P. D menjelaskan banyak pasien diabetes barunya menyadari kondisi tubuhnya saat sudah timbul penyakit komplikasi gangguan jantung, gangguan ginjal, permasalahan pada kulit kemudian kaki, infeksi, dan juga termasuk retinopati diabetik.

“Karenanya, penting untuk melakukan deteksi dini, khususnya bagi orang-orang yang dimaksud memiliki faktor risiko diabetes. Dengan begitu, pencegahan juga pengendalian diabetes dapat dijalani segera, sehingga bukan sampai menyebabkan munculnya penyakit komplikasi,” ujar dr. Nur melalui keterangan yang dimaksud diterima suara.com, Senin (4/12/2023).

Ilustrasi mata merah (freepik.com/user18526052)
Ilustrasi mata merah (freepik.com/user18526052)

Retinopati diabetik adalahn komplikasi diabetes yang mana mempengaruhi mata, disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah pada jaringan pada belakang mata atau retina. Gula darah yang tersebut kurang terkontrol merupakan faktor risiko.

Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata RSPI Pondok Indah dr. Sesaria Rizky Kumalasari, Sp. M memaparkan, retinopati diabetik umumnya terjadi pada seseorang yang digunakan sudah pernah lama menyandang diabetes yang digunakan tiada mengelola kondisinya dengan baik. Penyakit komplikasi ini juga berisiko terjadi pada penyandang diabetes dengan kondisi kadar kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, juga kerap mengalami hiperglikemia.

dr. Sesaria mengingatkan, perlu waspada jika gejala diabetes jika sudah menganggu penglihatan atau retinopati diabetik, yaitu saat penglihatan kabur, bintik-bintik mengapung, perubahan penglihatan warna, hingga kehilangan penglihatan baru akan dirasakan ketika retinopati diabetik berada pada tahap yang dimaksud lebih tinggi parah. 

“Karenanya, pemeriksaan foto fundus mata setiap tahun penting diimplementasikan oleh penyandang diabetes untuk mengidentifikasi retinopati diabetik di dalam tahap awal,” jelas dr. Sesaria.

Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang mana ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, kemudian protein akibat terganggunya fungsi hormon insulin dalam tubuh. Diabetes melitus terbagi menjadi 2 jenis, yaitu DM tipe 1 kemudian DM tipe 2. 

DM tipe 1 disebabkan oleh defisiensi produksi hormon insulin dalam kelenjar pancreas atau akibat pengaruh autoimun, sementara DM tipe 2 disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin. DM tipe 2 ini umumnya muncul dengan faktor risiko gaya hidup sedentary lifestyle serta pola konsumsi makanan juga minuman yang tersebut tidak ada sehat.

Sementara itu, kadar gula darah yang mana tinggi seperti pada diabetes bisa saja mengganggu pembuluh darah besar, pembuluh darah kecil, kemudian saraf pada seluruh bagian tubuh, tak terkecuali mata. Pembuluh darah yang dimaksud terganggu di tempat retina mata penyandang diabetes dapat menyebabkan retinopati diabetik. Kondisi ini dapat diderita oleh penyandang diabetes tipe 1 maupun tipe 2. 

Mengingat berbagai gejala penyakit komplikasi baru dapat diketahui ketika kondisinya sudah mulai parah, maka sebaiknya pemeriksaan kesehatan menyeluruh dijalani secara rutin oleh penyandang diabetes.

Bukan hanya sekali pemeriksaan kadar gula darah, tetapi juga pemeriksaan lain seperti pemeriksaan fungsi ginjal serta pemantauan kondisi kaki. Lakukanlah pemeriksaan USG Doppler apabila terasa nyeri pada kaki. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut lanjut atau penyakit kaki diabetes yang dapat berujung pada amputasi.

Selain itu, terapi pengobatan diabetes juga harus dijalankan sesuai dengan anjuran dokter. Aktivitas fisik juga olahraga ringan sebaiknya tiada ditinggalkan dengan tetap dalam pengawasan dokter. Apalagi World Health Organization (WHO) menganjurkan orang sehat berusia 18 hingga 64 tahun untuk melakukan aktivitas fisik dengan durasi 150 menit per minggu. Hal ini juga berlaku bagi para penyandang diabetes. 

(Sumber: Suara.com)