Hanya 20% User Temukan Pasangan Hidup dalam Program Kencan Online, Mengapa?

Hanya 20% User Temukan Pasangan Hidup di Proyek Kencan Online, Mengapa?

Infocakrawala.com – JAKARTA – Ternyata mencari pasangan melalui perangkat lunak menjadi hal yang digunakan sangat wajar. Buktinya, lebih banyak dari separuh remaja ketika ini terbiasa menggunakan perangkat lunak kencan online.

Hal yang disebutkan terungkap pada survei terbaru dari Populix bertajuk “Indonesian Usage Behavior and Online Security on Dating Apps”. Terungkap bahwa 63% responden adalah pengguna perangkat lunak kencan online, dengan mayoritasnya didominasi oleh generasi milenial.

Aplikasi online apa yang terbanyak dipakai? Menurut survei yang dimaksud Tinder (38%) ada dalam kedudukan pertama, disertai Tantan (33%) serta Bumble (17%).

Aplikasi kencan lain yang dimaksud digunakan meliputi Omi (13%), Dating.com (12%), Badoo (10%), Taaruf.id (7%), OkCupid (7%) dan juga Muslima (5%).

Eileen Kamtawijoyo, COO & Co-Founder Populix, mengumumkan bahwa peluncuran program kencan online yang tersebut semakin menjamur di tempat Indonesia memperlihatkan peran teknologi digital di membentuk kebiasaan baru untuk memulai pembangunan hubungan, bahkan di mencari pasangan hidup.

Hanya untuk Bersenang-senang

Sayangnya, Eileen mengumumkan bahwa mayoritas pengguna program kencan cuma sebagian kecil yang lanjut sampai jenjang pernikahan. “Data memperlihatkan bahwa perangkat lunak kencan utamanya tidaklah digunakan untuk mencari pasangan hidup, melainkan untuk mendapatkan teman chat, penasaran ingin mencoba, kemudian untuk bersenang-senang,” ujar .

Aplikasi kencan umumnya digunakan di area waktu malam hari, pasca publik selesai melakukan aktivitas keseharian mereka. Sebagian besar pengguna menggunakan program kencan kurang dari setahun belakangan, menunjukkan bahwa program kencan merupakan fenomena yang digunakan masih relatif baru.

Yang unik, sebanyak 37% pengguna menyatakan keraguan mereka itu akan menemukan pasangan hidup melalui aplikasi mobile kencan online. Di sisi lain, dari total responden yang mana menggunakan perangkat lunak kencan online, cuma terdapat 20% pengguna yang berhasil menemukan pasangan hingga memasuki jenjang pernikahan atau hubungan yang digunakan serius.

Keraguan dan juga pandangan rakyat tentang peran perangkat lunak kencan online pada mencari pasangan hidup juga tak dapat dilepaskan dari pengalaman dia dalam aplikasi.

Survei mengungkap 56% responden menyatakan pernah mengalami kejadian tidaklah menyenangkan dalam aplikasi. Beberapa kejadian tidaklah menyenangkan ini meliputi penggelapan profil (71%), penyelenggaraan bahasa yang dimaksud kasar atau tidak ada sopan (52%), pelecehan seksual (30%), perselingkuhan (23%), kecurangan uang (22%), cyberstalking (21%), kemudian pencurian identitas atau doxing (21%).

Kejadian-kejadian yang disebutkan menggalakkan pengguna untuk menjadi lebih besar berhati-hati pada berinteraksi di area platform. “Mayoritas responden menyatakan akan mengecek profil secara menyeluruh sebelum memulai percakapan yang lebih lanjut serius, juga menjamin untuk tidak ada membagikan informasi pribadi terhadap orang yang tersebut baru dikenal maupun mencantumkannya pada laman profil,” beber Eileen.

Rela Membayar

Pengalaman tidaklah menyenangkan disinyalir menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya perpindahan perilaku yang digunakan signifikan pada 55% responden yang mana bersedia membayar biaya langganan premium perangkat lunak kencan.

Ini dilaksanakan demi bertemu pengguna program yang dimaksud lebih lanjut meyakinkan juga serius, juga mendapatkan tambahan layanan yang mana tambahan aman juga canggih. Lebih dari setengah responden rela mengalokasikan anggaran hingga Rp100.000 per bulan untuk berlangganan pada program kencan online premium.